BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Heii! Apakah kalian tuli, atau gagu?” Siauw Bwee membentak lagi. “Mereka hanya melaksanakan perintah!”
Tiba-tiba terdengar suara orang dan muncullah seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dari belakang sebatang pohon besar.
Siauw Bwee dan Yu Goan menoleh dan mereka mengerutkan kening melihat bahwa orang itu tidak segolongan para pengepung tadi.
Orang ini berpakaian biasa, bahkan pakaiannya bersih dari sutera mahal, bentuk pakaian seorang sastrawan, tubuhnya tinggi kurus dan wajahnya biasa saja.
Akan tetapi anehnya, juga pancaran pandang mata orang ini aneh, mencorong seperti semua orang liar itu.
“Perintah siapa?” Siauw Bwee bertanya, maklum bahwa tentu sastrawan inilah yang menjadi komandan pasukan orang liar yang mengepung.
“Tentu saja perintah ketua kami. Kalian berdua memasuki daerah kami, daerah terlarang, karenanya kalian harus menyerah sebagai tawanan kami untuk kami bawa menghadap Ketua!”
“Hemm, kami berdua tidak salah apa-apa, mengapa akan dijadikan tawanan?” Yu Goan membantah. “Mau apa kalian menawan kami?” Sastrawan itu memandang Yu Goan dan tersenyum mengejek.
“Hanya ketua kami yang akan memutuskan.” “Aku tidak sudi menyerah!” Siauw Bwee membentak. “Pergilah kalian, jangan menggangguku. Kalian akan menyesal nanti!”
Sastrawan itu mengerutkan kening, memberi aba-aba dan menyerbulah belasan orang liar itu. Gerakan mereka kaku sekali.
Akan tetapi baik Siauw Bwee maupun Yu Goat terkejut sekali ketika dari gerakan tangan mereka itu menyambar hawa pukulan yang amat dahsyat!
“Hati-hati, Twako. Sin-kang mereka amat kuat!” Siauw Bwee berseru dan dara perkasa ini sengaja berkelebatan cepat mengirim pukulan-pukulan dan tendangan-tendangan.
Mempergunakan ilmu mujijat gerak kaki tangan kilat sehingga dalam sekejap mata saja dia sudah merobohkan delapan orang terrnasuk Si Sastrawan!
Akan tetapi, kembali dia terkejut karena seperti halnya dua orang yang pertama kali dia robohkan tadi, delapan orang ini pun meloncat bangun begitu tubuh mereka terbanting ke tanah.
Sedikitpun tidak tampak tanda-tanda mereka itu menderita nyeri. Yu Goan juga cepat mengerahkan gin-kangnya untuk mengelak ke sana-sini.
Karena tanpa peringatan Siauw Bwee pun dia maklum betapa pukulan-pukulan para pengurung liar ini mendatangkan angin keras.
Sambil mengelak, dia sudah menotok jalan darah di leher seorang pengeroyok, dan pada detik berikutnya.
Kakinya sudah menendang sambungan lutut seorang pengeroyok lain. Kedua orang itu terpelanting, akan tetapi mereka mencelat bangun lagi.
Baik totokannya maupun tendangannya tidak hanya membuat kedua orang itu terpelanting, akan tetapi sama sekali tidak mengalahkan mereka.
Berkali-kali Siauw Bwee dan Yu Goan merobohkan para pengeroyok yang ternyata tidak memiliki ilmu silat tinggi.
Bahkan Si Sastrawan itu hanya memiliki ilmu silat yang bagi Siauw Bwee biasa saja. Akan tetapi jelas terbukti bahwa segala macam pukulan.
Totokan, tendangan, tidak mampu merobohkan para pengeroyok yang agaknya memiliki kekebalan luar biasa, atau tubuh mereka seolah-olah dilindungi oleh semacam hawa mujijat. …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader