BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pendekar sakti keturunan Suling Emas. Ayah amat kagum terhadap keturunan Suling Emas, kekaguman yang tertanam pula di dalam hatiku.
Ah, betapa ayah dan ibu akan merasa bangga bahwa aku dapat bertemu dan bersahabat dengan puteri Khu-ciangkun yang terkenal, murid Menteri Kam!”
“Sudahlah, Twako. Aku menjadi pening mendengar pujian-pujian dan segala nama besar yang kosong itu! Lihat, di bawah itu mulai ada gerakan!”
Siauw Bwee menuding dan ketika Yu Goan memandang ke bawah, dia melihat pula manusia manusia bergerak ke sana ke mari akan tetapi karena jaraknya amat jauh.
Sehingga manusia-manusia di bawah itu hanya kelihatan sebesar jari tangan, maka mereka tidak dapat melihat jelas.
Dengan hati-hati dari berindap-indap, Siauw Bwee dan Yu Goan mencari jalan turun ke lembah di bawah yang penuh rahasia itu.
Akan tetapi dengan kaget mereka mendapat kenyataan bahwa tebing yang amat curam itu tidak mungkin dapat dituruni.
Mana mungkin turun melalui dinding karang yang ratusan kaki tingginya, licin dan tegak tidak ada tempat kaki berpijak atau tangan bergantung?
Untuk menggunakan gin-kang meloncat ke bawah? Lebih tak masuk akal lagi. Namun Siauw Bwee dan Yu Goan bukanlah orang-orang lemah yang muda berputus asa.
Mereka terus mencari, meneliti setiap kemungkinan menuruni tebing dan memeriksa sekeliling tebing yang berada di situ sampai setengah hari mereka mencari jalan turun, namun hasilnya sia-sia.
Lembah di bawah itu, perkampungan yang aneh, dikelilingi tebing terjal yang tidak mungkin dituruni atau didaki.
Seekor monyet sekalipun kiranya tak mungkin menuruni tebing itu yang halus licin tanpa ada tempat menahan tubuh.
Perkampungan di lembah bawah itu seolah-olah terputus sama sekali dari dunia luar daerah mereka.
Mereka seperti hidup di dalam sebuah mangkok, tidak mungkin dapat menjenguk keluar dari bibir mangkok yang merupakan tebing yang mengelilingi tempat tinggal mereka.
Akhirnya Siauw Bwee dan Yu Goan terpaksa mengaku kalah. Mereka telah melakukan pemeriksaan mengitari sekeliling lembah sampai kembali ke tempat mereka berangkat.
Tempat mereka mula-mula melakukan pemeriksaan. Keduanya duduk mengaso di tepi tebing sambil memandang ke bawah dengan hati penasaran.
Dari atas tampak manusia di bawah itu menuju ke suatu tempat di tengah perkampungan, kemudian tampak api bernyala.
Asap mengepul tinggi seolah-olah mereka yang berada di bawah itu membakar sesuatu. Terlalu tinggi tempat itu untuk dapat melihat jelas apa yang dikerjakan oleh manusia-manusia di lembah itu.
“Tanpa sayap seperti burung, mana mungkin menuruni tempat itu?” Yu Goan berkata sambil menghapus peluh dari lehernya.
“Memang tidak mungkin, kecuali kalau menggunakan alat.” Siauw Bwee berkata memandang ke bawah dengan alis berkerut.
“Menggunakan kaitan besi atau tali untuk merayap ke bawah.” “Akan tetapi terlalu berbahaya. Biarpun merayap ke bawah tidak amat berbahaya.
Namun kalau orang-orang di bawah itu menyambut dengan sikap bermusuh, kita sedang merayap tak berdaya itu tentu merupakan sasaran yang lunak.” …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader