BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Im-yang Seng-cu meninggalkan Pegunungan Heng-toan, berjalan menyusuri sepanjang tepi Sungai Cin-sha.
Diam-diam ia memujikan semoga sahabatnya, Jai-hwa-sian Suma Hoat, selaln memperoleh ilmu kepandaian tinggi dari Bu-tek Lo-jin.
Juga akan dapat sadar dan mengalahkan penyakitnya sendiri yang membuat pemuda itu mendapat julukan Dewa Pemetik Bunga!
***
“Aiihhh…., semua tempat kacau-balau oleh perang. Dalam keadaan sekacau ini, mana mungkin mencari orang? Ahhh, Suheng…. di manakah engkau….?”
Siauw Bwee menghela napas berulang-ulang sambil duduk termenung menghadapi api unggun yang dinyalakannya di tengah hutan sunyi itu. Hatinya tengah berduka
Berbulan-bulan lamanya ia melakukan perjalanan tanpa arah tertentu dalam usahanya mencari dua orang dengan perasaan hati yang berlawanan.
Yang seorang dicarinya dengan hati penuh rindu dan kasih, yang ke dua dicarinya dengan dendam dan benci.
Namun, sudah banyak kota dijelajahi, hutan-hutan dimasuki dan bukit-bukit didaki, sudah banyak ia menyaksikan perang dan kekacauan.
Belum juga dia dapat menemukan orang-orang yang dicarinya, yaitu Kam Han Ki suhengnya dan Suma Kiat musuh besarnya.
Tersorot cahaya api unggun yang kemerahan itu, Siauw Bwee kelihatan amat cantik jelita. Rambutnya yang panjang dan mawut itu mengkilap, menutupi rasa berduka nya.
Kedua pipinya kemerahan tersentuh sinar api, matanya yang merenung itu kadang-kadang berkilat. Dara jelita yang memiliki ilmu kesaktian tinggi itu duduk bertopang dagu.
Kudanya menggerogoti rumput kurus tak jauh di depannya. Di dalam perantauannya semenjak meninggalkan Pulau Es Siauw Bwee.
Yang telah mengalami banyak hal hebat, telah pula mematangkan ilmu-ilmunya dan telah menerima ilmu-ilmu baru yang tinggi.
Terutama sekali ilmu yang diterimanya dari kakek Lu Gak, yaitu gerakan kaki tangan kilat, benar-benar membuat Siauw Bwee menjadi seorang dara sakti yang akan sukar dikalahkan lawan.
Namun, dara yang berilmu tinggi dan yang cantik jelita seperti bidadari ini ternyata tidak berbahagia seperti yang disangka semua orang yang melihatnya.
Tidak sama sekali, dia kini duduk termenung penuh penasaran, kekecewaan dan kedukaan. Kewaspadaan seorang ahli silat tinggi setingkat Siauw Bwee amat luar biasa.
Sehingga seolah-olah penglihatan, pendengaran dan perasaannya, menjadi satu dan selalu siap menjaga diri.
Namun, segala kewaspadaan akan hilang apabila manusia dikuasai perasaan duka yang membuat semangat tenggelam.
Siauw Bwee benar-benar sedang tenggelam di lautan duka sehingga perlahan-lahan matanya berkilau basah.
Berkumpul di pelupuk membentuk dua butir mutiara yang turun bergantung pada bulu matanya yang panjang lentik.
Kalau ia teringat akan nasibnya, ayahnya sebagai seorang panglima yang gagah perkasa dan setia harus menerima kematian sebagai seorang pemberontak.
Ibunya yang meninggal dunia dalam keadaan merana berduka, kemudian ia terpaksa harus berpisah dari sucinya Maya dengan kandungan dendam di dalam hati.
Harus berpisah dari suhengnya dengan kandungan rindu dan kasih tak …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader