BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mengimbangi cengkeraman-cengkeraman maut yang berupa sepasang gembreng itu dengan serangan-serangan mereka yang tidak kalah dahsyatnya.
Akan tetapi yang membuat keduanya merasa pening dan bingung adalah tubuh lawan yang berpusing ditambah suara gembreng beradu yang selain menulikan telinga.
Juga menggetarkan jantung mereka. Untuk memusatkan sin-kang menghadapi lawan yang lihai ini, kedua orang kakak beradik itu memejamkan mata.
Dan hanya mengandalkan pendengaran mereka yang sudah kacau oleh suara gembreng. “Cuit-cuittt….!”
Ketika Hoat Bhok Lama secara tiba-tiba menghentikan pusingan tubuhnya hanya untuk sejenak saja, dua orang wanita itu secepat kilat telah menyerang dengan cambuk mereka.
“Cret-crett!” Ujung cambuk bertemu sepasang gembreng, melekat dan melibat tak dapat ditarik kembali.
Terdengar kakek itu terkekeh dan tiba-tiba ia melepaskan kedua gembrengnya, tubuhnya berjongkok dan ia memukul dengan kedua tangan terbuka dari bawah ke arah perut kedua orang lawannya.
Inilah pukulan Thai-lek-kang yang jaman dahulu membuat Thai-lek Kauw-ong menjadi seorang di antara datuk-datuk golongan hitam!
“Siuuut! Siuuutt!” Dua sinar kecil hitam menyambar ke arah kedua pelipis Hoat Bhok Lama dari kanan kiri.
Kakek ini terkejut sekali, terpaksa menarik kembali kedua tangannya dan tubuhnya ke belakang sehingga sambaran benda-benda itu lewat.
Yang ternyata hanyalah dua buah batu kecil yang dilepas dengan tenaga dahsyat. Kakek ini meloncat ke atas.
Mencengkeram ke arah kepala dua orang wanita yang sudah terkena pukulan Thai-lek-kang sehingga terhuyung ke belakang.
Ketika mereka membuang diri ke belakang, cepat Hoat Bhok Lama sudah merampas kembali sepasang gembrengnya yang tadi terbelit oleh ujung kedua batang cambuk.
Ketua Beng-kauw itu menoleh ke kanan kiri dan melihat munculnya dua orang laki-laki muda. Yang muncul dari sebelah kirinya adalah seorang pemuda tampan sekali.
Dengan pakaian mewah indah dan di punggungnya tampak gagang pedang beronce merah, sikapnya gagah dan sepasang matanya bersinar tajam.
Yang muncul dari kanan adalah seorang pemuda yang pakaiannya sederhana, memegang tongkat dan kedua kakinya telanjang, dialah Suma Hoat dan sahabatnya.
Ia maklum bahwa dua orang yang dapat melempar sebuah batu kerikil dengan tenaga lontaran seperti itu tentu memiliki tenaga besar dan kepandaian tinggi.
Kalau tadi dia maju sendiri untuk menghadapi dua orang kakak beradik itu adalah karena dia sudah yakin akan dapat memenangkan pertandingan melawan mereka.
Akan tetapi kini munculnya dua orang muda yang lihai membuat dia ragu-ragu untuk mengandalkan kepandaian sendiri, maka kakek itu tertawa aneh dan tubuhnya sudah melompat ke belakang.
Ke arah padang rumput. “Manusia terkutuk, hendak lari ke mana kau?” Siang Kui berseru dan meloncat pula mengejar, diikuti oleh Siang Hui.
“Kedua bibi jangan kejar dia!” Laki-laki tampan yang bukan lain adalah Suma Hoat si jai-hwa-sian berteriak memberi peringatan.
Kalau saja yang muncul bukan Suma Hoat tentu enci adik Kam itu akan menurut, akan tetapi munculnya keponakan yang dianggap sebagai seorang manusia cabul dan jahat.
Membuat hati mereka marah. Apalagi Siang Kui yang cerdik tidak mau melakukan hal yang lengah atau sem …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader