BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mendengar dari Menteri Kam Liong bahwa kedua orang kakak perempuannya, yaitu Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui, berada di Ta-liang-san belajar ilmu dari paman kakek mereka, Kauw Bian Cinjin.
Dalam keadaan tertekan hatinya itu timbul perasaan rindu di hatinya kepada kedua orang encinya itu. Akhirnya, setelah bersamadhi di lereng gunung itu selama semalam untuk memulihkan tenaganya.
Pada keesokan harinya Han Ki meninggalkan tempat itu dan pergi menuju ke selatan, ke Pegunungan Ta-liang-san.
Karena dia tahu bahwa kedua orang sucinya itu dahulu tinggal di Puncak Ta-liang-san, digembleng oleh paman kakeknya, Kauw Bian Cinjin. ***
Di lereng Gunung Heng-toan-san sebelah timur, di lembah Sungai Cin-sha, terdapat sebuah kelompok bangunan yang dilingkari tembok tinggi dan tebal.
Merupakan sebuah benteng yang kokoh kuat, megah dan juga menyeramkan karena siang malam selalu terjaga orang-orang yang kelihatan gagah.
Sehingga tidak ada penduduk sekitar Pegunungan Heng-toan-san yang berani datang mendekat. Para penduduk di kaki pegunungan ini seringkali melihat orang-orang yang kelihatannya gagah.
Menggiring kereta yang berisi peti-peti barang atau menggiring serombongan kuda yang juga penuh muatan bahkan adakalanya menggiring wanita-wanita cantik yang menangis di sepanjang jalan.
Biarpun semua barang dan tawanan itu digiring memasuki benteng dan semua penduduk dapat menduga.
Bahwa perampokan-perampokan yang terjadi di sekitar pegunungan ini tentu ada hubungannya dengan benteng besar itu,
Namun tak seorang pun berani mencampuri. Mereka hanya tahu bahwa benteng itu merupakan sarang dari perkumpulan Beng-kauw yang kini menjadi nama yang amat ditakuti.
Tidak seperti beberapa tahun yang lalu di mana Beng-kauw terkenal sebagai perkumpulan yang amat kuat berpengaruh menjadi tulang punggung Kerajaan Nan-cao.
Dan juga menjadi penjamin ketenteraman karena tidak ada penjahat yang berani sembarangan bergerak di bawah kekuasaan Beng-kauw.
Memang Beng-kauw kini telah berubah sama sekali semenjak dikuasai oleh Hoat Bhok Lama. Pendeta Lama dari Tibet yang berjubah merah ini adalah keturunan dari datuk kaum sesat Thai-lek Kauw-ong.
Maka biarpun dia berpakaian pendeta, namun pakaian ini hanya menjadi kedok belaka untuk menutupi keadaan yang sebenarnya karena Hoat Bhok Lama adalah seorang yang menjadi hamba dari nafsu-nafsunya.
Yang mengumbar nafsu tanpa pengekangan sedikitpun juga. Hidupnya telah dipersembahkan untuk menuruti segala kesenangan dunia yang dapat ia capai mengandalkan kepandaiannya yang tinggi.
Dia gila kedudukan, gila kemewahan, gila perempuan dan karena hendak menuruti dorongan nafsu-nafsunya ini dirampasnya Beng-kauw agar dia memperoleh kedudukan ketua yang tinggi.
Memiliki ratusan orang anak buah yang taat, dihormati dan ditakuti banyak orang. Kemudian untuk memuaskan nafsunya akan kemewahan.
Dia menggunakan kepandaian dan kekuasaannya untuk menundukkan semua kaum sesat di daerah itu sehingga setiap pencurian, setiap perampokan yang berhasil, harus lebih dulu dibawa ke bentengnya.
Kemudian dia memilih hasil-hasil rampokan itu, baru sisanya dikembalikan kepada mereka yang melakukannya! Bukan …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader