BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ia merasa menyesal sekali bahwa di dalam hatinya, Maya masih membenci Siauw Bwee dan dia bingung sekali karena dia pun maklum apa yang menyebabkan Maya bersikap seperti itu.
Maya jatuh cinta kepadanya dan merasa cemburu kepada Siauw Bwee! Pandang matanya berkunang dan kepalanya menjadi pening ketika ia melihat gerakan pasukan yang hilir-mudik.
Ia terhuyung-huyung menjauhkan diri dan di dalam hatinya mengeluh, “Maya…. kenapa engkau bersikap seperti ini? Mengapa engkau memaksa aku menjadi makin menderita setelah aku kehilangan Hong Kwi?
Engkau dan Siauw Bwee adalah sumoiku juga murid-muridku, bagaimana aku dapat jatuh cinta kepada kalian yang kukenal sejak kecil? Maya…. apa yang harus kulakukan kini?
Siauw Bwee, aku harus mencarimu dan mudah-mudahan kau akan dapat membujuk Maya agar dia suka kembali ke Pulau Es….”
Dengan hati berduka akhirnya Han Ki dapat keluar dari daerah perang itu dan mulai dengan usahanya untuk mencari sumoinya yang ke dua, yaitu Khu Siauw Bwee setelah gagal mengajak Maya kembali ke Pulau Es.
Bahkan mengalami pukulan batin ketika melihat kenyataan bahwa Maya telah menjadi seorang Panglima Besar Mancu dan dara itu bertekad hanya mau pergi bersamanya kalau tidak mengajak Siauw Bwee.
Dengan mengerahkan seluruh sisa tenaganya, Han Ki dapat mencapai lereng gunung dan dari tempat ini dia hanya melihat gerakan pasukan seperti serombongan semut.
Ia lelah lahir batin ketika duduk di bawah pohon. Pertandingan hebat di mana ia telah membunuh banyak sekali orang Mancu itu telah menghabiskan tenaganya dan kini.
Setelah ia sadar akan segala perbuatannya ditambah dengan pertemuannya dengan Maya, ia merasa batinnya tertekan hebat dan penuh dengan penyesalan.
Seluruh tubuhnya lemas, akan tetapi tidak selemas batinnya. Kulit tubuhnya menderita banyak luka, akan tetapi tidak sehebat luka di hatinya.
Baru terbuka matanya, mata batinnya betapa ia telah melakukan perbuatan yang amat jahat membunuhi orang-orang Mancu tanpa alasan, hanya terdorong oleh rasa sakit hatinya oleh kematian Sung Hong Kwi.
Ia menyesal bukan main dan merasa malu sendiri mengapa dia sampai dapat menjadi begitu lemah. Teringat ia akan suhunya, Bu Kek Siansu dan ia menjadi makin menyesal!
Gurunya adalah seorang manusia dewa yang telah menurunkan banyak ilmu kepadanya. Ilmu-ilmu yang amat luar biasa dan yang amat tinggi pula.
Sekarang terbuktilah kata gurunya dahulu bahwa yang menentukan nilai seseorang bukanlah ilmunya, bukanlah kepandaiannya, melainkan kekuatan batinnya.
Dan dia harus mengakui bahwa batinnya masih lemah, masih mudah dikuasai oleh nafsu dendam. Ia merasa menyesal sekali. Ia harus dapat membujuk Maya agar melepaskan diri dari ikatan perang.
Hal ini sudah merupakan kewajibannya. Namun, ia mengenal pula kekerasan hati sumoinya itu sehingga dalan keadaan seperti sekarang ini, dipaksa pun akan percuma.
“Aku harus dapat menemukan Khu-sumoi. Hanya dialah yang kiranya akan dapat membantuku membujuk Maya, Khu-sumoi, di manakah engkau….?” Han Ki mengeluh.
Dalam keadaan berduka itu teringatlah Han Ki akan semua pengalamannya sejak kecil. Dan teringat ia akan kedua orang encinya. Ia pernah …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader