BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menghadap Raja Mancu. Perbuatanmu hari ini tentu akan dimaafkan, mari kita berjuang bahu-membahu untuk membalas dendam keluarga, menegakkan cita-cita, Suheng….”
Han Ki melangkah mundur, matanya terbelalak. “Tidak! Aku tidak mau terlibat dalam perang antar bangsa yang kotor ini. Aku meninggalkan Istana Pulau Es untuk mencari engkau dan Khu-sumoi.
Sekarang aku telah dapat berjumpa denganmu, Sumoi. Kautinggalkan semua ini, mari kita mencari Khu-sumoi dan kita bertiga kembali ke Pulau Es.” Maya mengerutkan keningnya menjawab perlahan,
“Engkau tahu tiada keinginan lebih besar di hatiku kecuali hidup di dekatmu di Pulau Es, Suheng. Akan tetapi, lupakah engkau akan peristiwa tidak enak yang terjadi di antara kita bertiga?
Aku tidak tahu apakah Sumoi sudah tidak marah lagi kepadaku. Marilah engkau ikut bersamaku, Suheng. Luka-lukamu harus dirawat dan biarlah aku nanti menyuruh pasukan mencari berita ke mana perginya Sumoi.
Setelah kita bertiga berkumpul, baru kita bicarakan urusan masa depan kita.” “Tidak, aku tidak sudi menerima kebaikan orang Mancu setelah aku membunuhi banyak anak buahnya.
Setidaknya aku sekarang sudah tahu di mana engkau berada. Aku tidak akan menghalangi jalan hidupmu, Sumoi. Biarlah aku pergi sendiri mencari Khu-sumoi….”
Dengan hati penuh duka karena kecewa menyaksikan sumoinya itu ternyata telah menjadi seorang Panglima Besar Mancu, Han Ki membalikkan tubuh hendak pergi.
“Tunggu, Suheng….!” Maya berkelebat dan sudah meloncat menghadang ke depan suhengnya, memandang dengan sepasang mata merah dan basah.
Biarpun tubuhnya sudah lelah sekali, melihat Maya mengejarnya, Han Ki memandang dengan wajah berseri. “Bagus, Sumoi. Lekas kaubuang pakaian panglima itu dan marilah kau ikut bersamaku mencari Khu-sumoi.”
“Suheng, tidak ada kebahagiaan bagiku melebihi kalau aku hidup di sampingmu selamanya, Suheng. Aku suka ikut bersamamu, akan tetapi marilah kita berdua pergi ke Pulau Es dan hidup selamanya di sana.
Jangan mencari Sumoi karena…. hal itu…. hal itu hanya akan menimbulkan pertentangan dan….” “Maya-sumoi! Apa maksudmu ini?” Han Ki membentak.
“Suheng, tidak tahukah engkau….? Aku…. aku…. dan Sumoi…. kami…. ah, tak mungkin kami berdua hidup di sampingmu bersama-sama….”
“Omong kosong! Kau seperti anak kecil saja, Sumoi! Sudahlah, nanti kita bicara lagi kalau sudah pergi dari sini. Mari ikut bersamaku.”
“Tidak, Suheng. Kalau Suheng tidak mau berjanji pergi berdua saja dengan aku ke Pulau Es aku tidak bisa ikut. Suheng harus dapat memilih seorang di antara kami.”
“Maya….!” Maya terisak menangis. “Selamat berpisah, Suheng….” Ia membalikkan tubuhnya, kemudian melampiaskan kemarahan, kedukaan dan kekecewaannya dengan memimpin pasukannya menyerang pasukan Yucen.
Yang menjadi kocar-kacir dan melarikan diri. Han Ki pergi meninggalkan tempat itu dengan hati gelisah. Diam-diam…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader