BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Betapa kakandamu membunuh tikus bermuka halus ini!” Akan tetapi Suma Hoat sudah menerjangnya dengan hebat.
Kepala perampok itu menangkis, mengandalkan kekuatan tangannya. Dia dijuluki Tiat-ciang (Si Tangan Besi) karena kedua tangannya amat kuat dan keras seperti besi, hasil latihan ilmu Tiat-ciang-kang yang latihannya menggunakan bubuk besi panas.
Akan tetapi begitu ia menangkis, ia terpekik kaget karena lengannya terasa sakit dan ia terhuyung ke belakang. Kudanya kaget, meringkik dan lari.
“Kepala perampok laknat, kematianmu sudah di depan mata!” Suma Hoat yang marah sekali itu sudah menerjang lagi dengan pukulan-pukulan mautnya.
Si Kepala Perampok adalah seorang ahli silat, akan tetapi dalam hal ilmu silat dia tidak dapat dibandingkan dengan Suma Hoat yang memiliki ilmu silat tinggi.
Ilmu silat yang dimiliki kepala perampok ini adalah ilmu silat kasar dan dia selama ini hanya mengandalkan kedua tangannya yang kuat.
Namun, bertemu dengan pemuda itu, seolah-olah kedua tangannya bertemu dengan baja yang lebih keras lagi!
Setelah tiga kali menangkis dan tiga kali terhuyung dengan lengan terasa nyeri dan panas, kepala perampok itu memekik keras dan mencabut keluar senjatanya berupa sehelai rantai baja yang ujungnya dipasangi bola baja berduri.
Cepat ia mengayun senjatanya menerjang lawan. “Wuuut-wuut-wuuttt….!” Angin menyambar keras ketika bola berduri itu menyambar dan rantainya terputar-putar.
Namun dengan mudah Suma Hoat mengelak dan pemuda ini enggan mencabut pedangnya setelah menyaksikan gerakan lawan yang hanya memiliki ilmu silat kasar itu.
Dia menghadapi lawan yang bersenjata rantai dengan kedua tangan kosong, mengelak ke kanan kiri dengan lincahnya menanti kesempatan baik.
Dara cantik yang tertotok dan rebah miring, dapat menyaksikan pertandingan itu dan dari mulutnya yang kecil terdengar jerit-jerit tertahan kalau melihat senjata yang dahsyat itu menyambar, mengancam wajah yang halus tampan Si Pemuda penolongnya.
Biarpun dara itu tidak pandai ilmu silat, akan tetapi dia merasa heran mengapa pemuda tampan itu tidak mau mencabut pedangnya yang tergantung di punggung!
“In-kong (Tuan Penolong)…., pergunakan. pedangmu….!” Akhirnya ia tidak dapat menahan kekhawatiran hatinya lagi melihat betapa nyaris kepala pemuda itu dihantam bola berduri.
Begitu dekat bola itu menyambar lewat di atas telinga kiri Suma Hoat. Aneh sekali, dara itu sudah lupa akan bahaya yang mengancam dirinya sendiri, sebaliknya khawatir kalau-kalau pemuda itu kena pukul dan pecah kepalanya.
Mendengar suara itu, Suma Hoat tersenyum gembira. Aku harus memperlihatkan kelihaianku, pikirnya gembira seperti lazimnya seorang pemuda ingin berlagak memamerkan kepandaiannya di depan seorang dara yang menarik hatinya.
Cepat ia merubah gerakannya, sekarang tubuhnya berkelebat cepat sekali sehinga Si Kepala Rampok berkali-kali berteriak kaget karena tubuh lawan seperti lenyap.
Tiba-tiba Suma Hoat mendapat kesempatan baik, ketika bola berduri menyambar ia menggunakan tangannya dari samping menangkap bola itu dan sekuat tenaga ia melontarkan bola ke arah muka penyerangnya.
“Prokkk! Adduuuuhhh….!” Tubuh kepala perampok itu terjengkang dan roboh telentang dengan muka berubah menjadi onggokan daging….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader