BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Isteri seorang Pangeran Mancu sehingga ada harapan untuk kelak menjadi permaisuri….” “Keparat busuk, tutup mulutmu dan bunuhlah aku!”
Pangeran Bharigan membentak marah sekali. “Suma Kiat, bagaimana?” Maya menghardik, tangannya meraba gagang pedang yang tadi sudah disarungkannya.
“Ha-ha-ha, baiklah. Aku bebaskan dia! Ci Goat, Siangkoan Lee, hayo kita pergi dari sini!” Suma Kiat melepaskan Pangeran Bharigan, kemudian tanpa mempedulikan musuh-musuhnya.
Dia melangkah pergi diikuti kedua orang pembantunya yang setia itu. Melihat betapa bekas panglima musuh itu pergi begitu saja, Ji Kun dan Yan Hwa sudah menggerakkan pedang.
Tampak dua sinar kilat berkelebat ke depan mengejar musuh. “Trang-tranggg….!” “Ehhh! Engkau…. melindungi dan membela dia?”
Yan Hwa dan Ji Kun hampir berbareng bertanya sambil melintangkan pedang di dada dan memandang Maya dengan mata terbelalak.
Maya menyarungkan kembali pedangnya yang dipergunakan untuk menangkis dan menghalang tadi, menggeleng kepala dan berkata, suaranya tegas dan ketus.
“Tidak, aku tidak membela dia melainkan membela kehormatan kita sendiri. Seorang gagah lebih menghargai kehormatan daripada nyawa. Kita sudah berjanji, siapa sudi melanggar janji sendiri?
Apakah hal macam ini saja kalian tidak tahu ataukah melupakan pelajaran mendiang Bibi Mutiara Hitam yang gagah perkasa?”
Ji Kun dan Yan Hwa menundukkan muka dan diam-diam mengaku dalam hati bahwa di dalam banyak hal, Maya ini menyerupai guru mereka!
Tiba-tiba terjadi kegaduhan dan Suma Kiat bersama dua orang pembantunya sudah dikeroyok beberapa orang perwira Mancu.
“Heiii! Tahan senjata! Bebaskan mereka bertiga, biarkan tiga ekor anjing itu pergi!” Pangeran Bharigan berseru dengan marah. Mendengar seruan ini, para perwira Mancu terkejut dan mundur.
Beberapa orang perwira tinggi menghampiri pangeran itu dan bertanya mengapa komandan pasukan musuh malah diberi kebebasan. Pangeran Bharigan memandang ke arah Maya dan berkata,
“Panglima Wanita Maya yang sakti telah berjanji membebaskannya. Janji merupakan kehormatan dan aku akan membela kehormatan Panglima Maya dengan taruhan nyawaku!”
Mendengar ini, para perwira memberi hormat ke arah Maya yang menjadi merah mukanya karena ucapan Sang Pangeran itu, disertai pandang matanya, sama sekall tidak menyembunyikan perasaan di hati pangeran itu terhadap dirinya!
Kemenangan besar di hari itu disambut meriah oleh Raja Mancu. Maya disanjung dan dipuji oleh Raja bahkan dianugerahi pangkat tinggi menjadi wakil panglima besar yang dipegang oleh Pangeran Bharigan sendiri!
Kalau tadinya Maya hanya memimpin ratusan orang tentara Sung yang memberontak terhadap Kerajaan Sung, kini dia mengepalai laksaan perajurit Mancu yang siap setiap saat mematuhi segala perintahnya.
Juga Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa dianugerahi kedudukan sebagai panglima-panglima yang dihormati. Kwa-huciang yang kehilangan sebelah tangannya dalam pertempuran itu, diangkat menjadi penasihat perang….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader