BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Untuk menolong nyawanya hanya mengorbankan tangan, menggigit bibir menahan rasa nyeri. “Biar kurawat sendiri lukanya, Li-ciangkun, lebih balk tangkap dia!” Ia menuding ke depan.
Maya baru teringat dan cepat mengangkat mukanya. Namun, terlambat karena Suma Kiat secara licik sudah meloncat ke arah Pangeran Bharigan dan sekali sergap saja ia berhasil membekuk pangeran itu.
Dan mengancam nyawa Sang Pangeran Mancu dengan jari tangan di atas ubun-ubun! “Ci Goat! Lee-ji! Mundur ke sini!” Suma Kiat membentak.
Selir dan muridnya meloncat ke belakang meninggalkan Ok Yan Hwa. “Pengecut besar!” Maya berseru. “Lepaskan Pangeran Bharigan dan hadapi kami secara laki-laki. Panglima macam apa engkau ini?”
Suma Kiat tersenyum. Pundaknya masih terluka dan berdarah. “Belum waktunya kita bertanding, Maya. Aku sudah lelah dan perlu mengaso.
Terserah kepadamu, kalau kau hendak memaksa melanjutkan pertandingan, lebih dulu Pangeran Mancu keparat ini kuhancurkan kepalanya!”
“Jangan dengarkan dia, Li-ciangkun! Aku tidak takut mati. Serang saja!” Pangeran Bharigan yang sudah dibuat tidak berdaya itu berkata dengan nada keras penuh keberanian.
“Can Ji Kun! Ok Yan Hwa! Hayo cepat serang jahanam ini!” Kedua orang murid Mutiara Hitam sudah melangkah maju, akan tetapi Maya membentak.
“Tahan!” Kedua orang muda itu tidak berani membangkang dan menoleh dengan pandang mata penuh pertanyaan. Maya menghela napas dan berkata.
“Jiwa pahlawan Pangeran Bharigan jauh lebih berharga dibandingkan dengan sepuluh jiwa rendah licik macam mereka ini. Suma Kiat, apa kehendakmu sekarang?”
“Ha-ha-ha! Melakukan siasat dalam keadaan terjepit, itu cerdik dan licik namanya! Maya, apa yang kaukehendaki?”
“Manusia rendah! Jangan mengira bahwa aku akan merendahkan harga diri Pangeran Bharigan dengan menyelamatkan nyawanya untuk memenuhi segala kehendakmu yang mencemarkan namanya.
“Engkau bebaskan dia dan aku akan membebaskan engkau. Ini adalah keputusan adil di antara orang gagah, kalau engkau masih memiliki slfat kegagahan!”
“Ha-ha-ha, bocah yang kurang ajar. Tidak ingatkah engkau bahwa aku ini masih pamanmu sendiri? Ayahmu, Raja Talibu adalah adik misanku, dan Mutiara Hitam adalah adik misanku pula.
Bahkan dahulu calon isteriku, juga sumoiku karena Mutiara Hitam adalah murid ibuku. Apakah engkau sekarang, dan dua orang murid Mutiara Hitam itu berani bersikap kurang ajar kepadaku?”
“Tak perlu banyak bicara, Suma Kiat. Sekarang engkau yang harus pilih. Engkau bebaskan Pangeran Bharigan, dan aku pun tidak akan mengganggumu bertiga, kalian bertiga boleh pergi dari sini tanpa diganggu.
Atau…. aku akan menghancurkan kepala kalian bertiga kalau kau membunuh Pangeran Bharigan. Nah, pilihlah!” “Ha-ha-ha! Maya, engkau membela mati-matian kepada Pangeran Mancu ini. Hemmm…. dia memang gagah dan tampan!
Aha, aku mengerti sekarang. Agaknya engkau sudah tergila-gila kepadanya, ya? Kerajaan Khitan sudah hancur, memang baik sekali kalau engkau menjadi….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader