BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tetapi, menghadapi kematian dua orang murid Siauw-lim-pai itu, melihat pengorbanan Ketua Siauw-lim-pai yang tiada taranya, ia merasa jantungnya seperti diremas-remas.
Kembali dua butir air mata menetes dari matanya dan biarpun ia maklum bahwa dua orang wanita gagah itu dengan penuh kemarahan telah meloncat maju di depannya, Suma Hoat memejamkan mata dan menundukkan muka.
“Bocah setan! Sudah lama mendengar tentang kejahatan Jai-hwa-sian, siapa tahu kenyataannya lebih jahat lagi!” terdengar bibi nya Kam Siang Kui berkata penuh kemarahan.
“Manusia iblis yang hanya mengotorkan dunia!” Kam Siang Hui juga berkata penuh kebencian, “Tidak hanya jahat, kejam dan pengecut hina, juga engkau telah menggagalkan bantuan Ketua Siauw-lim-pai kepada kami!”
Suma Hoat sedang menderita penyesalan yang hebat. Hatinya kesal dan sedih, akan tetapi wataknya untuk mencemooh wanita masih belum lenyap sama sekali. Ia membuka mata, memandang mereka berdua dan tersenyum.
“Ji-wi Toanio, sekarang dua orang gadis itu telah mati, biarpun aku terluka akan tetapi kalau hanya melayani kalian bermain cinta, aku masih sanggup!”
“Keparat bermulut busuk!” Kam Siang Hui membentak, tangannya bergerak. “Plakkk!” Suma Hoat hampir terguling ketika pipinya kena tampar yang keras sekali.
Akan tetapi ia tetap tersenyum biarpun ujung bibirnya berdarah oleh tamparan yang hebat itu. “Baru saja engkau berjanji kepada Kian Ti Hosiang, sekarang telah kaulanggar, bedebah!”
“Ha-ha, Toanio tidak adil! Memang aku berjanji untuk tidak melakukan kejahatan, termasuk memperkosa wanita. Akan tetapi, kalau ada wanita yang dengan suka rela hati mau melayani aku.
Mau kuajak berenang dalam lautan cinta, apakah ia juga jahat namanya? Tidak, Toanio, kalau Toanio berdua mau, tidak usah malu-malu, di sini tidak ada orang lain.
Aku suka sekali melayani karena biarpun sudah agak tua, Toanio berdua masih cantik dan tentu lebih banyak pengalaman yang hebat-hebat….!”
“Plak-plak!” Kini Suma Hoat terguling, matanya berkunang dan kepalanya pening karena dua kali tamparan tangan Kam Siang Hui itu lebih dahsyat lagi.
Akan tetapi ia tersenyum dan memang dia sengaja memancing kemarahan kedua orang wanita gagah itu agar dia dibunuhnya saja.
Untuk mengakhiri penyesalan yang menyesak di dada bersama luka akibat sin-kang yang dikembalikan Kian Ti Hosiang tadi.
“Wanita seperti Toanio sudah berpengalaman, ibarat buah sedang masakmasaknya, manis dan….” “Kubunuh engkau!” Kam Siang Hui membentak dan “srat!” pedangnya sudah tercabut.
Akan tetapi lengannya dipegang oleh encinya. “Hui-moi, tahan! Dia sengaja memanaskan hati kita agar kita membunuhnya! Terlalu enak baginya kalau begitu,”
Kam Siang Kui melangkah maju memandang wajah Suma Hoat yang masih tersenyum itu lalu berkata, suaranya dingin.
“Suma Hoat, tertawalah karena engkau sudah berani menghina dan mempermainkan kami. Dengarlah dan kenalilah siapa adanya kami yang telah kauhina ini. Aku adalah Kam Siang Kui dan dia adalah adikku Kam Siang Hui!…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader