BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mungkin! Karena bencinya timbul sifat kejam dan dia merasa gembira melihat korbannya tersiksa, terutama sekali tersiksa batinnya!
Dia menganggap bahwa batinnya sendiri sudah hancur lebur karena wanita! Bahkan, melihat wanita tersiksa seperti yang dialami Liang Bi sekarang ini membuat nafsu berahinya berkobar!
Makin hebat seorang wanita tersiksa, makin menggairahkan bagi Jai-hwa-sian, Si Dewa Pemetik Bunga ini! Tubuh Liang Bi yang menggeliat-geliat menjadi makin lemah dan ketika suara suling melengking makin tinggi.
Tiba-tiba ular itu berubah gerakannya kini kepalanya mulai menyusup-nyusup dan menyelinap di balik baju bagian dada Liang Bi!
“Iihhhh…. ouhhhh….” Liang Bi merintih-rintih dan seluruh tubuhnya menggigil ketika kepala ular itu menyusup makin dalam.
“Aduuuuhhhh…. tolongggg…. ihhhh…. ambil dia…. ambil binatang ini…. uhu-hu-huuuu….!” “Engkau menyerah?” Suma Hoat bertanya.
Dengan tubuh menggigil, air mata bercucuran dan mata dipejamkan Liang Bi mengangguk lemah. “….aku menyerah…. hu-hu-huuuuhh….”
Suma Hoat melompat ke dekat, sekali sambar ia mengambil ular itu dan melemparkannya jauh ke luar, ke kebun di mana ular yang ketakutan itu cepat menyusup di antara rumput.
Sambil tersenyum-senyum Suma Hoat melepaskan belenggu kaki tangan Liang Bi, membebaskan totokannya. Akan tetapi Liang Bi tidak kuat berdiri, tubuhnya menggigil dan ia tentu roboh kalau tidak cepat dipondong oleh Suma Hoat.
Liang Bi menangis ketika Suma Hoat memondongnya masuk ke dalam kamar. Cui Leng berdiri dengan wajah agak pucat. Ia merasa ngeri juga menyaksikan penderitaan Liang Bi tadi.
Akan tetapi kini hatinya lega dan ia berdiri tak bergerak, mendengarkan isak tangis Liang Bi yang terdengar dari dalam kamar.
Cui Leng menarik napas panjang. Sukar dia mengatakan apakah tarikan napas itu saking lega hatinya ataukah karena menyesal membayangkan betapa pria yang dicintanya itu kini direbut lain wanita!
Perlahan ia melangkah memasuki kamarnya sendiri dan semalam itu ia mendengar isak tangis Liang Bi yang tidak pernah berhenti.
Sambil mendengarkan isak tangis itu, Cui Leng rebah telentang, matanya menatap langit-langit dan tanpa disadarinya, dua titik air mata meloncat ke atas pipinya.
Hatinya lega, karena sekarang dia mendapat kawan! Sekarang rahasianya yang mencemaskan hati akan terlindung dan aman.
Akan tetapi senangkah dia? Pertanyaan yang takkan dapat ia jawab karena dua butir ait matanya menjadi bukti akan kebimbangan hatinya.
***
Mereka bertiga berjalan-jalan di antara bunga-bunga yang tumbuh di belakang rumah, Suma Hoat tersenyum-senyum, lengan kiri melingkari pinggang Liang Bi, lengan kanan melingkari pinggang Cui Leng.
Sambil tertawa-tawa dan bersendau-gurau ia menoleh ke kanan kiri untuk mencium pipi kedua orang kekasihnya.
Cui Leng juga berseri wajahnya dan pipinya kemerahan. Akan tetapi Liang Bi tidak tampak berseri. Wajahnya pucat rambutnya kusut dan pandang matanya redup, sayu merenung ke depan seolah-olah dia hidup di alam mimpi.
Suma Hoat mengajak dua orang wanita itu duduk di antara bunga-bunga. Dipetiknya dua kuntum bunga dan dengan mesra dipasangkan bunga-bunga itu di rambut Liang Bi dan Cui Leng…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader