BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Aneh ini dan dia memejamkan mata agar tidak melihat wajah yang tampan dan senyum manis itu.
“Suci, mengapa Suci tidak mau menurut! Hoat-koko orangnya amat baik, Suci. Aku…. aku cinta padanya dan kalau Suci menurut, Suci pun akan jatuh cinta padanya.!” Mendengar suara sumoinya ini, Liang Bi membuka mata dan menoleh.
“Perempuan hina! Perempuan rendah! Orang macam engkau ini seribu kali lebih baik membunuh diri saja, tidak ada harganya untuk hidup!” .
Muka Cui Leng menjadi merah, akan tetapi Suma Hoat sudah memeluknya sambil tertawa, “Leng-moi, sucimu lebih suka mati, lebih suka menderita.
Biarlah, kita berdua lebih senang untuk memilih hidup dan bersenang, ha-ha-ha!” Suma Hoat lalu menarik tangan Cui Leng ke atas pembaringan dimana Liang Bi terbelenggu, kemudian ia mulai membelai Cui Leng.
Tanpa malu-malu, di depan mata Liang Bi dia mengajak Cui Leng bermain cinta! Biarpun Cui Leng merasa sungkan dan malu sekali.
Akan tetapi karena dia maklum bahwa perbuatan ini dilakukan oleh kekasihnya untuk menggerakkan hati sucinya dan dia amat memerlukan sucinya ikut terjun dalam permainan itu yang akan menyelamatkan rahasianya.
Maka ia pun menurut saja. Dapat dibayangkan betapa tersiksa rasa hati Liang Bi yang dipaksa menyaksikan adegan yang dianggap terkutuk itu berlangsung di depan matanya!
Dia memejamkan mata dan membuang muka malu lihat adegan mendebarkan ini, namun telinganya masih mendengar. Ia tersiksa sekali karena rangsangan didalam tubuhnya makin menghebat.
Nafsu berahinya menggelora dengan disuguhkannya adegan yang amat dekat itu, dan ia memaksa batinnya sekuat tenaga untuk melawan godaan yang datangnya dari dalam.
Di luar kehendaknya, karena rangsangan yang amat hebat, beberapa kali ia menoleh, membuang mata dan memandang mereka. Kalau sudah tidak kuat, ia mengeluh dan memaksa kedua matanya untuk dipejamkan.
Ia merintih-rintih dan berkali-kali bersambat, “Bunuhlah aku…. bunuhlah…. ahhh, terkutuk kalian…. bunuhlah aku….!”
Kemudian diakhiri dengan tangis terisak-isak dengan air mata bercucuran di atas kedua pipinya. Suma Hoat yang melakukan perbuatan tak tahu malu itu dengan niat untuk menggerakkan hati Liang Bi, turun dari pembaringan
Menghampiri Liang Bi dan menciumnya, mengusap air matanya. “Bimoi…. aku pun mencintamu seperti aku mencinta Leng-moi…., kau menurutlah sayang dan kita bertiga hidup bahagia….”
Jari tangannya membelai dan hampir saja Liang Bi tidak kuat menahan, hampir runtuh batinnya. Namun dia menggigit bibir dan menggeleng kepada dengan mata dipejamkan, tak kuasa menjawab.
Suma Hoat menjadi jengkel. Belum pernah ia menjumpai seorang gadis yang begini keras pertahanan hatinya. Arak obatnya tidak mempan, juga adegan yang ia pamerkan tidak!
“Hemmm, kau berkeras, ya? Kau lebih senang tersiksa? Baiklah!” Ia lalu menotok tubuh Liang Bi, melepaskan belenggunya dan memondong tubuhnya keluar dari rumah itu.
“Hoat-ko….!” Cui Leng cepat mengejar, khawatir karena menyangka bahwa pemuda itu hendak membunuh sucinya.
“Marilah, Leng-moi. Aku ingin melihat sampai dimana keteguhan dan kekerasan hatinya!” Pemuda itu membawa tubuh Liang Bi ke belakang rumah dan meletak…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader