BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Meletakannya di atas rumput. Kemudian ia mengeluarkan sulingnya dan meniup suling aneh itu. Cui Leng memandang penuh perhatian dengan mata terbelalak.
Terdengarlah bunyi lengking yang aneh, disusul bunyi berkerasakan di antara rumpun alang-alang dan rumput. Tak lama kemudian, muncullah tiga ekor ular hijau yang beracun, merayap mendekati Liang Bi!
“Hoat-ko….!” Cui Leng menjerit. Akan tetapi Suma Hoat memandang kepadanya sambil menggeleng kepala dan melanjutkan tiupan sulingnya.
Mengertilah Cui Leng bahwa kekasihnya hanya hendak. mertakut-nakuti Liang Bi. Yang menyiksa dan mengkhawatirkan hati Cui Leng adalah bahwa sucinya itu paling jijik dan takut melihat ular.
Kini ada tiga ekor ular merayap mendekatinya, tentu saja sucinya menjadi takut setengah mati. Mata Liang Bi terbelalak, melirik ke arah ular-ular itu dan wajahnya pucat sekali.
Suma Hoat menghentikan tiupan sulingnya dan dengan sulingnya ia mencegah ular-ular itu datang terlalu dekat.
“Bagaimana, Bi-moi? Kalau kau tidak mau menyerah, ular-ular ini akan menggigitmu dan sekali gigit saja tubuhmu akan bengkak-bengkak!” Liang -Bi sudah tertotok,, tubuhnya lemas dan lumpuh.
Akan tetapi ia masih dapat berkata ketus, “Bunuhlah aku! Aku tidak sudi!” Suma Hoat makin panasaran, ditiupnya lagi sulingnya dan kini tiga ekor ular itu mendekati tubuh Lian Bi yang menjadi makin ketakutan.
Lidah-lidah ular yang merah dan bergerak-gerak keluar masuk itu, taring yang putih mengkilap dan melengkung ke dalam, mata yang merah dan liar, benar-benar membuat ia hampir pingsan saking takutnya.
Betapa mudahnya untuk mengucapkan kata-kata menyerah dan ia akan terbebas dari ancaman ular-ular ini! Dia menikmati cinta kasih seperti yang diiihatnya tadi dinikmati sumoinya.
Akan tetapi, dia mengeraskan hatinya, bertekad lebih baik mati daripada menyerah dan terperosok ke dalam pecomberan yang berupa perbuatan melanggar, susila yang terkutuk dan menjijikkan.
Tidak, dia tidak akan menyerah. Bagi seorang gagah, kehormatan seribu kali lebih berharga daripada nyawa! Seribu kali lebih baik mati sebagai seorang pendekar wanita yang bersih daripada hidup sebagai seorang perempuan ternoda!
“Bunuhlah! Aku tidak takut mati!” Ia berteriak. Sinar yang buas terpancar keluar dari pandang mata Suma Hoat. Dia mulai marah dan dia lupa akan janjinya kepada Cui Leng, maka kini dia meniup sulingnya dengan nada makin tinggi.
Tiga ekor ular itu mendesis-desis, siap menerjang dan menggigit tubuh wanita yang terbujur di atas tanah. “Crat-crat-crat!”
Sinar putih menyilaukan mata itu lenyap dan disitu telah berdiri dua orang wanita dengan pedang di tangan dan tiga ekor ular tadi telah putus kepalanya, tinggal tubuhnya yang menggeliat-geliat dalam sekarat.
Cui Leng dan Suma Hoat terkejut sekali, akan tetapi dengan tenang Suma Hoat mengangkat kepala memandang.
Yang muncul dan membunuh tiga ekor ular dengan pedang itu adalah dua orang wanita yang usianya antara tiga puluh lima sampai empat puluh tahun, keduanya…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader