BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Makian, namun hatinya agak lega bahwa ia masih tetap berpakaian dan dirinya belum ternoda. Suma Hoat tersenyum.
“Bi-moi, engkau sungguh cantik sesuai dengan namamu. Aku cinta padamu, Bi-moi,” Suma Hoat merayu dan mengusap dagu yang halus itu. Liang Bi membuang muka dengan gerakan kasar.
“Jangan sentuh aku! Lebih baik kaubunuh saja!” teriaknya dan dua butir air mata meloncat keluar dari sepasang matanya. “Aihh, sayang sekali kalau dibunuh. Aku tidak akan membunuhmu, tidak akan mencelakakanmu. Aku cinta padamu.
Mengapa engkau berkeras kepala? Aku hanya ingin engkau membalas cintaku! Bukankah sudah cocok sekali kalau seorang gadis jelita seperti engkau dan seorang pemuda tampan seperti aku saling mencinta?” .
“Phuih! Manusia terkutuk! Jangan mengira bahwa semua wanita akan semudah itu kaupermainkan! Aku lebih baik mati daripada melakukan perbuatan terkutuk!”
Akan tetapi Suma Hoat tertawa dan dengan gerakan mesra mulailah ia membelai dan menciumi. Liang Bi meronta-ronta, memaki-maki dan menangis.
Melihat betapa gadis itu sama sekali tidak bergerak hatinya oleh cumbu rayunya, Suma Hoat menghentikan perbuatannya.
“Hemm, engkau benar keras hati dan keras kepala. Hendak kulihat sampai di mana kekerasanmu!” Pemuda yang kalau berhadapan dengan wanita menjadi keji dan ganas seperti iblis itu lalu mengambil secawan arak.
Yaitu obat perangsang yang sudah dipersiapkan. “Kauminumlah arak obat ini, manis!” “Tidak sudi! Engkau telah menipu, menjatuhkan hati Sumoi yang lemah dengan tipuanmu. Jarum itu sama sekali tidak mengandung racun berbahaya.
Tanpa pengobatan pun akan lenyap sendiri rasa gatal dan panas, namun engkau membohongi Sumoi. Engkau katakan bahwa racun itu akan membuat muka menjadi bopeng, buktinya aku tidak apa-apa!
Aku tidak sudi minum obatmu yang terkutuk!” Liang Bi membuang muka ke samping. Akan tetapi sambil tertawa Suma Hoat menggunakan tangan kiri memegang dagu.
Dengan jari-jari tangannya yang kuat ia memaksa mulut Liang Bi terbuka dan ia menuangkan isi cawan ke dalam mulut dara itu. Liang Bi gelagapan terpaksa menelan arak obat itu sampai habis. Ia terbatuk-batuk dan memaki-maki.
“Binatang! Iblis! Aku bersumpah untuk membunuhmu! Engkau telah menghina murid-murid Siauw-lim-pai!” ia meronta-ronta dan memandang Suma Hoat yang tertawa-tawa penuh kebencian.
Suma Hoat hanya duduk dan memandang sambil tersenyum. Tak lama kemudian obat itu mulai bekerja. Liang Bi menjadi gelisah.
Seluruh tubuhnya terasa panas dan jantungnya berdegup kencang, pandang matanya kabur, kepalanya pening. Makin lama makin panas rasanya sehingga ia mengira bahwa tubuhnya telah kemasukan racun dan ia akan mati.
Akan tetapi ia tidak peduli. Yang amat mengganggu hatinya adalah perasaan aneh yang mendorong-dorongnya, menimbulkan rangsangan birahi.
Membuat ia seolah-olah dipaksa dari dalam untuk menyerah, untuk menerima pemuda itu yang kelihatan amat tampan dan menggairahkan.
Namun, karena pada dasarnya dia tidak sudi melakukan perbuatan yang dianggapnya terkutuk itu, dia dapat melawan perasaan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader