BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Cui Leng berkata di luar kesadarannya, “Benar suci! Mari kita mandi bersama Hoat-koko….!” “Sumoi, engkau murid yang murtad! Tidak malu melakukan perbuatan terkutuk”
Dengan kemarahan meluap Liang Bi mencabut pedangnya. “Manusia-manusia macam kalian harus kubunuh!” “Suci….!”
“Tenanglah, Leng-moi, biar aku yang menundukkannya!” Setelah berkata demikian sekali melompat tubuh Suma Hoat yang telanjang bulat melayang ke darat, ke depan Liang Bi.
Selama hidupnya yang dua puluh tahun lamanya, dalam mimpi pun belum pernah Liang Bi melihat seorang laki-laki dewasa telanjang. Kini ada seorang laki-laki, dewasa bertelanjang bulat berdiri di depannya.
Tentu saja hal ini merupakan pengalaman yang amat hebat, yang membuat seluruh tubuhnya menggigil dan ia hampir pingsan saking malunya. Akan tetapi kemarahannya mengatasi segala perasaan lain.
Dengan teriakan ganas ia menerjang dengan pedangnya, membacok laki-laki itu penuh kebencian. Akan tetapi, selain tingkat ilmu kepandaian Suma Hoat sudah amat tinggi.
Juga menghadapi seorang pria yang telanjang bulat itu membuat Liang Bi merasa ngeri sehingga gerakannya terganggu dan dengan mudah Suma Hoat menghindarkan diri dari serangan pedang yang bertubi-tubi.
“Ah, Nona yang manis, mengapa engkau hendak membunuhku yang tidak berdosa? Sumoimu dan aku sama-sama menikmati cinta kasih dan marilah, engkau ikut pula menikmatinya. Tegakah engkau membunuh aku yang tidak berdosa?”
Sambil mengelak dengan mempergunakan gin-kangnya yang tinggi, Suma Hoat membujuk. “Manusia hina! Terkutuk! Mampuslah!”
Liang Bi menerjang lagi dengan mata setengah terpejam karena dia tidak tahan menyaksikan tubuh yang telanjang bulat begitu dekat dengannya itu.
Kembali Suma Hoat mengelak. “Aihh, betapa tega hatimu, Nona. Akan tetapi aku tidak tega untuk mencelakaimu. Aku cinta padamu, manis!”
Ucapan merayu ini seperti minyak disiramkan pada api, membuat kemarahan Lian Bi makin berkobar. Kalau pria ini mencinta sumoinya, bagaimana sekarang di depan sumoinya berani mengeluarkan kata-kata mencintanya?
“Keparat biadab!” Liang Bi memaki makin marah, pedangnya diputar cepat sekali menjadi segulung sinar menyilaukan yang menyambar-nyambar.
“Aduh, cantik dan gagah sekali engkau!” Suma Hoat kembali memuji dan cepat ia mengelak. Tiba-tiba Liang Bi menendang dan paha kiri Suma Hoat yang mengelak masih diserempet ujung sepatu. Suma Hoat terguling!
“Mampuslah engkau!” Liang Bi menubruk dan menusuk, Suma Hoat menggulingkan tubuhnya mengelak dari tusukan yang bertubi-tubi.
“Suci….!” Cui Leng yang sudah naik ke darat dan mengenakan pakaian menjerit namun Liang Bi tidak peduli terus mengejar dan menusuk ke arah tubuh yang bergulingan itu.
Makin panas hatinya karena tusukannya tidak pernah mengenai orang yang dibencinya……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader