BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bopeng bagi seorang gagah? Kalau hanya bopeng mukanya, tidak mengapa, asal jangan bopeng dan cacad hatinya. Aku masih tidak percaya kepada orang itu, Sinar matanya mengandung kepalsuan.”
“Suci, aku….!” “Cukup, Sumoi! Mengapa sejak bertemu dengan laki-laki itu engkau selalu membantah kata-kataku? Kita harus cepat bersamadhi menghimpun hawa murni dan mempergunakan sin-kang untuk melawan racun!”
Setelah berkata demikian, Liang Bi sudah melanjutkan samadhinya dan memejamkan kedua mata, sebentar saja dia sudah tenggelam ke alam samadhi, napasnya panjang-panjang teratur seperti napas orang tidur nyenyak.
Cui Leng berusaha untuk meniru sucinya, namun ia selalu gelisah dan tak dapat tenang. Sukar baginya untuk mengumpulkan panca indera memusatkan kemauan dan segala perasaan untuk menghimpun hawa murni.
Bayangan wajah tampan Suma Hoat selalu tampak, terutama sekali ucapannya tentang cacad bopeng yang mengancam mukanya dan penawaran pemuda itu untuk mengobatinya.
Sehingga dia akan terbebas dari ancaman mengerikan itu selalu terngiang di telinganya. Sejam kemudian, setelah merasa yakin bahwa sucinya telah “pulas” dalam samadhi, Cui Leng tak dapat menahan diri dari ancaman bahaya bopeng.
Maka diam-diam ia meninggalkan sucinya memasuki hutan dengan maksud menjelang pagi sebelum sucinya sadar kembali dari samadhi, dia akan kembali ke situ sehingga kepergiannya tidak diketahui sucinya.
Mudah saja bagi Cui Leng untuk mendapatkan rumah bekas tempat tinggal kepala rampok itu karena rumah itu cukup megah di tengah hutan dan tampak cahaya penerangan dari rumah itu!
Dengan jantung berdebar dia meloncat ke depan pintu yang segera terbuka dan muncullah pemuda itu sambil tersenyum amat tampannya.
“Ah, selamat malam, Nona. Syukur bahwa Li-hiap suka datang….” Berhadapan dengan pemuda itu, tiba-tiba Cui Leng merasa kikuk dan malu-malu.
“Aku…. aku hendak minta obat…. aku tidak mau menjadi bopeng….” “Tentu saja! Sayang, sekali kalau Li-hiap sampai menjadi bopeng. Eh, mana sucimu, mengapa tidak datang?”
“Dia…. dia tidak mau, dia…. sedang siu-lian, kutinggalkan di sana. Harap kau suka menolongku dan aku akan berterima kasih sekali, kemudian aku akan segera kembali agar dia tidak tahu bahwa aku melanggar perintahnya. Dia galak sekali.”
“Masuklah Li-hiap. Aku akan mengobatimu, jangan khawatir. Rumah ini kosong, beberapa orang sisa perampok telah kuusir pergi.”
Cui Leng memasuki rumah itu yang ternyata cukup bersih dengan perabot rumah lengkap. Dia dipersilakan duduk di atas bangku dan Suma Hoat berkata,
“Li-hiap, orang yang terkena jarum Ang-tok-ciam harus cepat diberi obat dan jarum itu dicabut keluar, kemudian lukanya harus disedot agar racun yang mengeram di bawah kulit dapat dibersihkan. Engkau terluka di manakah?”
Wajah Cui Leng mendadak menjadi merah sekali. “Di…. sedot….? Akan tetapi aku…. aku terluka di sini….” dia menuding ke arah dada kanan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader