BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Keadaan para pengeroyok, namun mereka masih mengeroyok 2 pendekar wanita ini penuh semangat karena kini dua orang pimpinan mereka maju sendiri dan ikut mengeroyok.
Perampok mata merah melawan Liang Bi dibantu belasan orang anak buahnya, sedangkan perampok bertahi lalat, sutenya menghadapi Cui Leng juga dibantu belasan orang.
Pertandingan hebat dan mati-matian terjadi dan ternyata bahwa dua orang kepala rampok itu memiliki kepandaian yang lumayan.
Terutama sekali cambuk mereka yang melecut-lecut di atas kepala lawan membuat kedua orang gadis itu harus bersilat dengan hati-hati.
Selain kelihaian cambuk mereka, juga senjata golok kedua orang kepala rampok ini berat sekali, ditambah tenaga mereka yang seperti gajah.
Membuat dua orang pendekar wanita Siauw-lim-pai mempergunakan gin-kang untuk mengelak ke sana ke mari sambil menggerakkan pedang merobohkah lagi beberapa orang anak buah perampok.
Darah mulai muncrat ke sana-sini membasahi rumput dan dua orang dara perkasa itu mengamuk dengan hebat, tidak mau berhenti sebelum membasmi semua perampok itu.
Setelah mendapat kenyataan bahwa dua orang pendekar wanita yang tadinya hendak mereka tangkap hidup-hidup itu amat lihai.
Nafsu berahi kedua orang kepala rampok berubah menjadi kemarahan meluap-luap dan kini mereka menyerang untuk membunuh.
Namun, Liang Bi dan Cui Leng tidak menjadi gentar dan pedang mereka berubah menjadi sinar bergulung-gulung yang menyilaukan mata dan amat berbahaya.
Karena setiap orang pengeroyok yang berani terlalu dekat tentu akan roboh disambar pedang. Pengepungan menjadi mengendur dan mereka hanya berani menyerang dari jauh, bahkan tidak berani menyerang secara langsung dari depan.
Kecuali dua orang kepala rampok yang memutar-mutar cambuk mengeluarkan angin yang berbunyi nyaring bercuitan. Tiba-tiba dua orang dara perkasa itu menjerit dan terhuyung.
Paha kiri Lian Bi dan pundak kanan Cui Leng terkena senjata rahasia yang berupa jarum dengan ronce merah. Mereka tidak tahu siapa yang melepas senjata rahasia secara demikian lihai.
Datangnya dari atas dan tak tersangka-sangka sehingga mereka yang datang menghadapi pengeroyokan itu tidak dapat mengelak lagi.
Liang Bi yang terluka pahanya, kini melawan sambil agak terpincang-pincang sedangkan Cui Leng terpaksa memindahkan pedang ke tangan kiri karena lengan kanannya terasa panas dan kaku!
Para perampok tidak melihat datangnya senjata rahasia itu, mengira bahwa dua orang gadis itu menjadi lelah. Mereka mengepung semakin ketat sambil berteriak-teriak.
“Tangkap mereka hidup-hidup!” teriak kedua orang kepala perampok sambil mendesak terus. Liang Bi, dan Cui Leng kini menjadi repot.
Kalau pihak perampok dapat melepas senjata rahasia demikian lihainya, berarti mereka akan celaka. Untuk mencegah dua orang kepala rampok itu menyerang dengan senjata rahasia lagi.
Mereka memaksa diri bergerak cepat meloncat ke sana-sini di antara para pengeroyok sehingga membahayakan penyerangan senjata rahasia mengenai kawan sendiri.
Biarpun sudah terluka, namun mereka masih sempat merobohkan masing-masing dua orang anak buah perampok lagi.
Namun keadaan mereka makin payah karena luka jarum itu benar-benar menimbulkan rasa panas yang terus menjalar ke seluruh tubuh mereka, sebagai ahli-ahli silat tingkat tinggi, dapat men….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader