BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tidak?” Ok Yan Hwa menjawab pula, suaranya mengandung ejekan dan tantangan, namun sinar matanya yang bersinar dan kedua pipi yang kemerahan itu.
Bermesraan yang tak bisa ditutupi. Tak dapat menyembunyikan rasa rindu dan senangnya berhadapan dengan pemuda tampan itu.
Dua orang ini aneh, pikir Maya. Untung bahwa saat itu mereka sedang, sibuk menghadapi serbuan ke tempat musuh maka segala urusan pribadi dapat dikesampingkan. Maya lalu berkata,
“Ji Kun dan Yan Hwa, kalian adalah murid-murid tersayang dari Bibi Mutiara Hitam! Suma Kiat adalah musuh besar kita.
Karena dialah yang menjadi biang keladinya sehingga Menteri Kam Liong, uwa guru kalian, tewas secara menyedihkan.
Semenjak dahulu, keturunan Suma selalu melakukan kejahatan, dan kini tiba saatnya bagi kita untuk membersihkan dunia dari keturunan jahat itu.
Ji Kun, engkau memimpin pasukan sayap kiri, dan Yan Hwa memimpin pasukan sayap kanan. Biar aku sendiri yang akan menghadapinya langsung dari depan bersama pasukan-pasukan Mancu.
Kalian berdua jangan ikut menerjang maju karena tugas kalian hanya menjaga kalau Si Keparat itu melarikan diri.
Kalian harus mencegahnya lolos dan begitu bertemu dengan dia, lepaskan panah api sebagai isyarat.”
Kedua orang suheng dan sumoi itu mengangguk.
“Jangan khawatir, Si Tua Bangka, keparat Suma Kiat itu tentu akan tewas di tanganku!” kata Ji Kun sambil meraba gagang pedangnya.
“Belum tentu! Agaknya akulah yang akan berhasil menembuskan pedangku di jantungnya!” Yan Hwa tidak mau kalah.
Maya tersenyum. “Kita sama lihat sajalah. Hanya, sebagai atasan kalian, aku tidak akan memberi ampun kalau sampai kalian memberi kesempatan kepadanya untuk lolos.”
Setelah melepas pandang mata penuh wibawa dengan sinar tajam seperti menembus dada mereka, Maya lalu tersenyum dan berkata, ” Ji Kun,, engkau baru datang, beristirahatlah.
Aku akan mengatur barisan dan menjelang senja nanti kita berangkat.”
Ji Kun mengangguk dan membalikkan tubuh menghadapi Yan Hwa. Kembali mereka itu saling pandang dengan sinar mata penuh rindu.
Maya yang sudah meninggalkan mereka, tiba-tiba teringat akan pandang mata mereka itu, lalu menengok.
Alisnya berkerut dan berbagai pertanyaan aneh timbul di hatinya ketika ia melihat kedua orang muda itu sambil berpegangan tangan, bergandeng memasuki tenda Yan Hwa!
Mereka berdau jelas sedang bermesraan layaknya sepasang kekasih
Jelas sekali sikap mereka itu menunjukkan bahwa mereka saling mencinta! Memasuki perkemahan berdua dengan sikap bermesraan seperti itu?
Hemmm…. diam-diam Maya makin terheran-heran mengapa di samping menyerahkan Sepasang Pedang Iblis yang sungguh tidak pantas dipegang pendekar, juga agaknya bibinya.
Mutiara Hitam, telah memberi pendidikan batin yang keliru sehingga kini kedua orang suheng dan sumoi itu agaknya saling mencinta.
Bukan seperti saudara seperguruan, melainkan seperti seorang pria dan wanita. Hemmm…. tiba-tiba Maya merasa betapa mukanya panas. Mengapa dia merasa tidak senang?
Apakah salahnya kalau Yan Hwa dan Ji Kun saling mencinta? Mereka adalah dua orang muda yang sama-sama tampan dan cantik, sama-sama gagah perkasa.
Sedangkan dia sendiri…., dia pun jatuh cinta kepada Kam Han Ki, Suhengnya!
Ah, betapapun juga, tidak seperti mereka berdua itu yang secara terang-terangan di siang hari memasuki perkemahan berdua!…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader