BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Yan Hwa takluk dan membuka matanya, lega bahwa lukanya tidak hebat. Kalau dadanya yang terkena pukulan seperti itu, agaknya dia akan tewas.
Dan tahulah dia bahwa kalau Maya menghendaki dan menggunakan pukulan-pukulan dahsyat dan sakti seperti itu, tak mungkin dia dapat melawan sampai ratusan jurus dan dia sejak tadi sudah takluk.
Kini dia percaya penuh. Jangankan baru dia atau suhengnya, bahkan mendiang suhunya atau subonya sekalipun agaknya belum tentu mampu menandingi ilmu kepandaian Maya yang demikian hebatnya.
Maya menghampirinya dan menyerahkan pedang pusakanya. Yan Hwa menarik napas panjang, menerima dan menyimpan pedangnya dan berdiri dengan muka tunduk.
“Maafkan aku, kini aku percaya sepenuhnya. Suheng dan aku bukanlah tandinganmu.”
Mendengar ucapan yang bernada kecewa itu Maya berkata, “Tidak perlu penasaran, Yan Hwa. Ketahuilah bahwa aku adalah penghuni Istana Pulau Es, pewaris ilmu Suhu Bu Kek Siansu.”
Terbelalak mata Yan Hwa memandang dan dalam pandang mata itu kini terkandung kekaguman dan sikap takluk.
“Aahhhh, sungguh aku tidak tahu diri. Maya, biarlah mulai saat ini aku menjadi pembantumu.”
Maya tersenyum girang dan maju merangkul pundak Yan Hwa. Tiba-tiba mereka berdua menoleh ketika mendengar suara keluhan.
Ketika memandang ke arah para perwira, mereka itu mengeluh dan menggosok-gosok mata mereka seolah-olah mata mereka sakit dan memang mata mereka terasa pedih dan gatal.
Karena setelah pertandingan berhenti, mata mereka masih terus seperti melihat sinar kilat menyam bar-nyambar menimbulkan rasa pedih dan nyeri.
Maya menghela napas, “Yan Hwa, hati-hatilah engkau menggunakan pedangmu. Pedangmu itu di samping pedang Ji Kun.
Adalah pusaka-pusaka yang ampuhnya menggila dan kalau kurang hati-hati atau salah mempergunakannya dapat menimbulkan malapetaka hebat.”
Yan Hwa mengangguk dan dia lalu menceritakan riwayat kedua pusaka Sepasang Pedang Iblis itu.
Mendengar penuturan ini, Maya bergidik ngeri dan diam-diam ia amat khawatir akan nasib Yan Hwa dan Ji Kun yang mewarisi sepasang pedang pusaka seperti itu.
Namun karena maklum akan keangkuhan mereka, dia tidak mau berkata apa-apa, baik terhadap Yan Hwa maupun terhadap Ji Kun kelak.
Para perwira dan perajurit menjadi makin kagum terhadap Maya, juga menjadi girang karena pasukan mereka bertambah seorang perwira wanita yang luar biasa lihainya.
Sehingga tentu saja hal ini membesarkan hati karena berarti kuatnya pasukan mereka.
Pasukan Maut terus bergerak ke selatan dengan hati-hati karena mereka telah mendekati batas-batas daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Sung dan Yucen.
Ketika mendengar pelaporan dari para penyelidik depan bahwa ada berita di depan, kurang lebih tiga puluh li dari situ terdapat sebuah barisan besar yang belum diketahui barisan kerajaan mana.
Maya lalu menghentikan pasukannya dan menugaskan kepada Ok Yan Hwa dan Cia Kim Seng untuk pergi melakukan penyelidikan.
Berangkatlah Cia Kim Seng si bekas penggembala dan Ok Yan Hwa menunggang kuda melakukan penyelidikan ke depan.
“Cia-huciang, karena engkau lebih mengenal daerah ini, biarlah engkau yang menjadi…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader