BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dengan sinkang nya yang amat tinggi dan kuat, tentu saja dia dapat merobohkan lawannya dengan pukulan yang membahayakan bagi keselamatan Yan Hwa.
Namun dia tahu bahwa jika dia mengalahkan Yan Hwa dalam waktu singkat, tentu hati dara yang angkuh ini akan tersinggung.
“Yan Hwa, inikah Siang-bhok Kiam-sut dari mendiang Bibi? Hebat bukan main….!” Maya cepat mengelak karena kembali ada sinar kilat menyambar ke arah lehernya.
“Singggg! Wuuuusssshhhh!”
Diam-diam Yan Hwa terkejut dan juga kagum sekali. Kini tahulah dia bahwa Maya benar-benar amat hebat kepandaiannya, ilmu pedangnya aneh dan dalam hal gin-kang.
Maya bahkan melampaui tingkatnya! Seperti juga Ji Kun, dia terheran-heran mengapa bocah yang dahulu ikut bersama Panglima Khu Tek San itu kini telah menjadi seorang yang begini lihai.
Tentu Menteri Kam Liong, kakak subonya yang kabarnya lebih lihai dari subonya itu yang menjadi gurunya.
“Maya, engkau, pun hebat! Agak berkurang ketidakpercayaanku. Akan tetapi aku belum kalah!” kata Yan Hwa yang sudah menyerang lagi dengan hebat.
Agaknya dia hendak menguras semua kepandaiannya untuk mencapai kemenangan.
Maya maklum bahwa untuk menundukkan orang seperti Yan Hwa ini harus mengalahkannya, maka ia lalu mengeluarkan suara melengking keras dan tiba-tiba tubuhnya berkelebatan sedemikian cepatnya.
Sehingga Yan Hwa mengeluarkan seruan kaget dan pandang matanya berkunang-kunang. Cepat Yan Hwa memutar pedang pusakanya sehingga tubuhnya terlindung dan terkurung oleh benteng sinar kilat.
Menghadapi pertahanan seperti ini, Maya tak berdaya. Jalan satu-satunya hanya memancing agar pedangnya melekat, pikirnya.
Maka ia mengurangi kecepatannya dan menahan serangannya. Melihat bahwa gerakan Maya tidak secepat tadi.
Yan Hwa juga berhenti melindungi tubuh dan ia mendapat kesempatan untuk menyerang lagi dengan tusukan kilat ke dada Maya.
“Bagus!” Maya memuji, pedangnya menangkis dari samping.
“Trakk! Pedangnya menempel dan tersedot oleh Li-mo-kiam, dan melihat kini lawan berani mengadu pedang sehingga tertempel oleh pedang pusakanya.
Yan Hwa menjadi girang sekali dan melanjutkan pedangnya isang sudah membikin tak berdaya pedang lawan itu untuk menusuk ke perut.
Kesempatan ini yang dipergunakan Maya. Ia melepaskan pedangnya, membanting diri ke kiri dan sebelum tubuhnya menyentuh tanah.
Ia mengirim pukulan sinkang ke arah lengan tangan Yan Hwa yang memegang pedang.
“Aiiihhh….” Yan Hwa memekik, pedangnya yang menempel pedang lawan terlepas, tangannya lumpuh dan tubuhnya menggigil kedinginan, rasa dingin yang terus menjalar ke dalam dadanya.
Ia maklum bahwa dia telah terkena pukulan sinkang yang amat kuat dan berbahaya, maka tanpa mempedulikan sesuatu ia lalu duduk bersila dan mengatur napas.
Maya telah melompat dan sekaligus menyambar dua buah pedang yang saling menempel itu. Dengan tenaga sinkang ia melepaskan pedangnya yang tersedot dan menempel pada Li-mo-kiam.
Menyarungkan pedangnya dan mengamat-amati pedang Yan Hwa dengan penuh kengerian……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader