BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Atau tenggelam di dalam rawa atau…. dikeroyok ular dan kelelawar. Siauw Bwee bergidik.
“Li-hiap, ke mana sekarang kita mencari mereka?” Tiba-tiba nenek lengan buntung bertanya dan semua orang kini memandang kepada Siauw Bwee.
Siauw Bwee menjadi bingung, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Tiba-tiba Kakek Lu Gak yang juga ikut bersama mereka yang sejak tadi mengerutkan alisnya dan memandangi daerah rawa yang luas, berkata,
“Ahh, aku tahu! Tidak salah lagi….!”
Semua orang kini memandang kakek itu dan Siauw Bwee bertanya, “Di mana mereka menurut pendapatmu, Locianpwe?”
Semua orang diam mendengarkan jawaban kakek itu, “Kedua orang sute itu kalau diculik orang tentu disembunyikan di suatu tempat.
Rawa ini tak mungkin dipergunakan untuk maksud itu dan satu-satunya tempat yang paling tepat tentulah di kuil tua!”
Orang-orang kedua kaum cacad itu saling pandang dan agaknya mereka tidak percaya.
Bahkan mulai kelihatan murung dan kecewa karena sesungguhnya mereka tidak suka datang ke tempat itu, kecuali jika diadakan pibu!
Namun, melihat Siauw Bwee dan Kakek Lu Gak pergi menuju ke kuil tua, mereka mengikuti dari belakang.
“Lihat itu….! Siauw Bwee berseru ketika kuil itu sudah tampak, menuding ke arah benda-benda beterbangan di atas kuil.
“Kelelawar – kelelawar siang!” Anggauta kedua rombongan berteriak kaget dan seketika menghentikan langkah.
Akan tetapi Siauw Bwee dan Kakek Lu Gak sudah cepat bergerak ke arah kuil. Kedua rombon gan maju pula mengikuti, akan tetapi dengan wajah takut-takut.
Siauw Bwee lebih dulu tiba di kuil dan cepat memasuki kuil itu terus ke ruangan belakang yang menambus ke halaman belakang yang penuh rumput.
Dan tampaklah pemandangan yang mengejutkan hatinya. Dua orang kakek itu, Liong Ki Bok dan The Bian Le, rebah telentang di atas rumput.
Agaknya terluka dan tertotok, terbelalak memandang ke arah ratusan kelelawar yang beterbangan di atas dan mengeluarkan suara seperti sekumpulan anjing dan kera berkelahi.
Siap untuk menerjang kedua orang kakek yang tidak berdaya itu! Melihat ini, Kakek Lu Gak yang dengan terengah-engah sudah datang pula, cepat mengeluarkan suara melengking dari kerongkongannya.
Mendengar ini, Siauw Bwee teringat dan melihat kakek itu dengan susah payah mengerahkan tenaga khi-kang, ia lalu mengeluarkan lengking yang amat tinggi dan mengandung getaran, hebat.
Mendengar itu kelelawar – kelelawar menjadi panik dan cepat melarikan diri dengan terbang membumbung tinggi sambil cecowetan.
Makin lama kelelawar – kelelawar itu makin bingung, bahkan ada yang meluncur jatuh karena tidak kuat diserang suara melengking yang begitu dahsyatnya.
Tiba-tiba di luar kuil terdengar suara tertawa-tawa disusul suara teriakan-teriakan kesakitan dan suara gedebak-gedebuk orang berkelahi.
“Locianpwe, harap menjaga agar binatang-binatang jahat itu tidak turun lagi, akan tetapi tidak perlu memaksa diri. Aku akan melihat keluar!”
Tubuh dara perkasa itu sudah berkelebat keluar kuil dan apa yang dilihatnya membuat ia terbelalak keheranan.
Puluhan orang-orang anggauta kaki buntung dan lengan buntung itu sedang diamuk oleh dua orang…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader