BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Maya terkejut sekali dan merasa betapa semua bulu di tubuhnya bangun berdiri penuh kengerian. Sungguhpun wanita ini tidak menjijikkan seperti Bhutan.
Akan tetapi perbedaannya hanyalah karena Nila Dewi wanita, namun belaian-belaiannya sungguh mengerikan hatinya, memuakkan dan menimbulkan jijik dan takut.
Tiba-tiba Mahendra melompat cepat dan Maya merasa betapa belaian dan ciuman Nila Dewi berhenti, tubuh wanita itu menjadi lemas kemudian roboh bersama dia!
“Mahendra, engkau pengecut curang….!” Nila Dewi mengeluh, berusaha untuk bangkit akan tetapi roboh lagi. Mahendra tertawa-tawa, memeluk Nila Dewi dan memberi ciuman yang membuat Maya yang melihatnya membuang muka.
Ketika ia memandang lagi, ternyata Nila Dewi telah duduk bersila dekat pohon, kedua lengan ditelikung ke belakang dan diikat kuat-kuat.
Tahulah ia bahwa tadi selagi Nila Dewi mencium dan membelainya, penuh nafsu berahi yang menghilangkan kewaspadaannya.
Mahendra telah menyerangnya dan menotok wanita itu roboh terkulai lemas dan tidak dapat melawan lagi!
Timbul rasa takutnya dan ia hendak lari. Akan tetapi, sekali sambar saja Mahendra sudah menangkapnya, kemudian menggunakan sebuah tali panjang mengikat kedua kaki dan tangannya.
Bahkan tali pengikat kaki yang panjang itu lalu dipergunakan oleh Mahendra untuk menggantung tubuh Maya dari cabang pohon.
Tali itu diikatkan pada cabang pohon sehingga tubuh Maya tergantung menjungkir dengan kepala di bawah dan kedua tangannya terikat ke belakang punggung!
“Mahendra!” Nila Dewi yang duduk bersila di bawah pohon itu berter iak. “Kalau engkau membunuh Maya, aku bersumpah untuk membunuhmu!”
Mahendra tertawa, mengeluarkan sebuah mangkok tanah dan sebatang pisau belati yang tajam sekali dari balik baju yang melibat tubuhnya, berkata.
“Nila Dewi, engkau tahu bahwa aku tidak akan membunuhnya, betapapun ingin aku menyedot habis darahnya melalui leher dengan jalan menggigit urat lehernya dan menyedot sampai tubuhnya kering.
Betapa ingin aku membelah kepalanya dan makan otak serta sumsumnya untuk menambah tenaga. Akan tetapi aku ingat akan kebutuhanmu.
Tidak, aku tidak akan membunuhnya, maka kukeluarkan pisau dan mangkok ini. Aku hanya akan mengambil darahnya semangkok untuk kuminum, dia tidak akan mati dan engkau masih akan dapat menikmatinya.
Boleh bukan?” “Keparat kau! Iblis kau! Awas kalau sampai dia cacat!” Nila Dewi mencaci-maki. “Tenanglah, kekasihku. Aku akan mengerjakannya dengan hati-hati sekali agar dia tidak cacad.
Aku hanya menginginkan semangkok darah dan…. sedikit sumsumnya. Kalau kukerat sedikit punggungnya, kukeluarkan sumsum dari tulang punggung dan kutadah darahnya, kemudian lukanya kuobati, dia tidak akan cacad, heh-heh!”
“Jahanam sialan engkau!” Nila Dewi memaki gemas, akan tetapi hatinya lega juga karena ia tahu bahwa Mahendra tidak akan membunuh Maya.
Dapat dibayangkan betapa ngerinya hati Maya mendengar percakapan yang dilakukan dalam bahasa Khitan itu. Ia meronta-ronta seperti seekor kelinci, namun tak dapat melepaskan kedua tangannya…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader