BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di samping itu, dia tadi melihat bahwa murid bibinya ini lihai tapi bersikap sombong dan angkuh.
Kalau dia bisa menariknya menjadi pembantu alangkah baiknya, amat menguntungkan bagi terlaksananya cita-citanya.
Ji Kun yang sudah membalikkan tubuh itu berhenti dan menoleh. “Engkau mau apa?” tanyanya, sikapnya congkak sekali.
“Can Ji Kun, tak baik membatalkan niat hati setengah jalan. Engkau menganggap aku tidak patut menjadi Panglima Pasukan Maut.”
“Baiklah, mari kita berpibu, aku pun ingin sekali melihat sampai di mana engkau mewarisi ilmu kepandaian bibi yang amat hebat.”
“Dan mari kita berjanji, Ji Kun. Kalau aku kalah dalam adu pibu ini, aku akan meninggalkan kedudukanku sebagai panglima dan akan memperdalam kepandaian sampai aku patut menjadi panglima pasukan ini.”
Sebaliknya, kalau engkau yang kalah, engkau harus mengakui aku sebagai panglimamu dan engkau menjadi seorang di antara pembantu-pembantuku. Bagaimana?” “Li-ciangkun!
Mana bisa diadakan peraturan ini? Li-ciangkun tidak mungkin akan meninggalkan Pasukan Maut!” Kwa-huciang membantah kaget, juga para perwira yang lain menjadi gelisah.
Bahkan Kim Seng segera berkata, “Mengapa Li-ciangkun melayani pengacau ini?”
Melihat para perwira mengkhawatirkan kekalahan Maya, Ji Kun yang memang berwatak angkuh dan percaya bahwa dia tentu akan menang dengan mudah, sudah berkata sambil tertawa.
“Sudah adil! Pertaruhan itu adil sekali. Maya, jangankan hanya engkau sendirian, biar dibantu sebelas orang perwiramu ini aku tentu akan menang!” sahut Ji Kun sombong.
“Sombong!” bentak Kim Seng dan bersama sepuluh orang rekannya ia sudah melangkah maju.
“Menggelindinglah kalian!” Tiba-tiba Can Ji Kun membentak, tubuhnya berputaran seperti gasing, kedua tangannya mendorong dengan tenaga sin-kangnya yang ampuh.
Kim Seng kena disambar pukulan sin-kang, terhuyung-huyung ke belakang sedangkan sepuluh orang perwira lainnya terguling roboh!
Kesombongan Ji Kun menjadi-jadi dan ia tertawa bergelak. “Ji Kun, ternyata engkau hanya mewarisi kepandaian Bibi, tidak mewarisi wataknya yang gagah!” bentak Maya. “Majulah!”
Ji Kun berseru nyaring, kini kedua lengannya dilonjorkan mengirim, pukulan sin-kang ke arah Maya. Maya mengerahkan sin-kangnya.
Tangan kiri masih bertolak pinggang dan dia hanya menyambut dorongan kedua tangan Ji Kun dengan tangan kanannya.
“Desss!” dua tenaga sin-kang raksasa bertemu di udara dan akibatnya tubuh Ji Kun terdorong ke belakang sampai dua langkah!
Dia terkejut sekali, cepat menahan napas mengerahkan sin-kang melawan hawa dingin yang menyesak dada sambil memandang dengan mata terbelalak.
Maya masih berdiri bertolak pinggang dan tersenyum mengejek. Para perwira yang maklum bahwa yang bertanding adalah ahli-ahli tingkat tinggi.
Mengundurkan diri mepet pada kemah dan menonton dengan mata di buka lebar-lebar, tentu saja dengan hasrat hati ingin melihat panglima mereka menang.
Can Ji Kun merasa penasaran sekali. Sin-kangnya amat kuat dan semenjak ia berpisah dari sumoinya, turun gunung dan malang-melintang di…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader