BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Adalah seperti kaki dan tanganku sendiri!” Tentu saja ucapan panglima wanita remaja yang cantik jelita ini disambut sorak-sorai gembira.
Ketika pasukan pada beberapa hari kemudian melalui padang rumput, tiba-tiba pasukan berhenti. Maya yang sedang berada di belakang membalapkan kudanya menuju ke depan.
Kiranya di depan pasukannya menghadang ribuan ekor domba. Ia mengerutkan keningnya dan memerintahkan perwiranya mengurus hal itu.
Akan tetapi sampai agak lama pasukan masih belum bergerak maju, maka dia menjadi tidak sabar dan cepat ia menuju ke bagian depan.
Seorang perwira melaporkan bahwa para perwira dan pengawal cekcok dengan para penggembala domba, bahkan terjadi perkelahiani Maya terkejut.
Cepat ia menghampiri dan ketika melihat betapa enam orang perwira roboh dan terluka, dia marah sekali dan cepat meloncat turun dari atas kudanya dan lari ke depan.
Dilihatnya bahwa para perwiranya sedang berkelahi melawan pimpinan penggembala domba. Dia tertarik sekali menyaksikan kelihaian seorang di antara para penggembala itu.
Agaknya dia itu pemimpinnya, seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, bertubuh tinggi tegap, tangan kanan memegang sebatang pecut kulit hitam.
Lengan kiri memondong seekor anak domba. Gerakan penggembala muda ini hebat dan cepat sekali dan pecutnya itu menyambar-nyambar ganas.
Merobohkan dua orang perwira sekaligus dan yang masih menandinginya adalah Kwa-huciang, seorang di antara perwiranya yang paling lihai.
Kwa-huciang bersenjata pedang dan kini terjadilah pertandingan antara kedua orang itu. Maya menghampiri dan memandang penuh perhatian.
Diam-diam kagum menyaksikan kegagahan pemuda penggembala muda itu. Setelah ber tanding belasan jurus, tiba-tiba penggembala yang melawan Kwa-huciang sambil memondong domba itu berseru keras.
Pecutnya melibat pedang Kwa-huciang dibetot dan perwira itu terlempar. Kakinya menendang lutut Si Perwira yang jatuh terpelanting dan kini penggembala itu menginjakkan kaki kanannya di atas dada Kwa-huciang sambil berkata nyaring,
“Hayo lekas perintahkan pasukanmu mengambil jalan memutar, kalau tidak akan kuinjak hancur dadamu!”
“Eh, galak amat!” Maya berseru sambil melompat maju. “Penggembala berbau domba, kau sombong sekali. Mengapa engkau dan kawan-kawanmu mengamuk dan merobohkan para perwiraku!”
Penggembala domba itu menengok dan kelihatan tercengang lalu menjawab,
“Domba kami banyak yang terinjak mati, sebagian lari kocar-kacir ketakutan. Domba-domba kami sedang makan rumput, mengapa pasukan kalian mengganggu?
Mengapa tidak mengambil jalan memutar? Lihat, domba kecil ini sampai patah kakinya!” Ia menoleh ke arah domba yang dipondongnya.
Kemudian ia memandang lagi kepada Maya sambil bertanya, “Eh, engkau ini perajurit wanita, mau apa?”
Maya tersenyum. “Orang kasar, agaknya engkau lebih pandai bergaul dengan domba daripada dengan manusia.”
“Tentu saja! Apa sih baiknya manusia? Palsu dan berpura-pura, ganas dan kejam melebihi srigala. Domba-domba adalah mahluk yang lemah, selalu mengalah dan….”
“Dan engkau lupa bahwa kau sendiri juga seorang manusia!” Maya mem…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader