BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Itupun bergerak rapi, yang berjalan kaki di depan, yang berkuda, seratus orang banyaknya, di belakang. Bu-ciangkun sendiri mengantar berangkatnya pasukan istimewa ini sampai di luar daerah perkemahan.
Dua buah bendera itu berkibar-kibar. Yang sebuah bertuliskan nama pasukan yang diberi oleh Bu-ciangkun sendiri.
Yaitu “Pasukan Maut”! Dan bendera yang sebuah lagi bertuliskan nama panglimanya, yaitu Panglima Wanita Maya!
Perjalanan ke barat dimulai. Oleh gemblengan-gemblengan keras Maya selama dua bulan, tubuh anak buah pasukan kuat-kuat dan semangat mereka juga besar.
Mereka semua merasa bangga menjadi perajurit Pasukan Maut, mempunyai seorang panglima yang mereka tahu amat sakti, melebihi kegagahan Bu-tai-ciangkun sendiri, seperti seekor naga betina.
Belasan hari kemudian, pasukan itu telah tiba di daerah kering tandus dan di sana-sini mereka melalui padang pasir yang tidak berapa luas.
Ketika mereka tiba di daerah pegunungan yang mulai memperlihatkan kesuburan, tiba-tiba mereka diserbu oleh pasukan Yucen yang berjaga di situ karena daerah itu sebagian telah dikuasai oleh tentara Yucen.
“Basmi anjing-anjing Yucen!” Maya berteriak, suaranya melengking tinggi mengatasi semua kegaduhan dan terdengar oleh semua anak buahnya sehingga mereka bertempur seperti harimau-harimau kelaparan.
Pasukan Yucen yang terdiri dari tiga ratus orang lebih dan mengira bahwa yang mereka serbu adalah pasukan Sung yang dianggap melanggar wilayah, menjadi kewalahan.
Apalagi ketika Maya sendiri turun dari kudanya dan mengamuk, pedangnya membabati tentara musuh seperti orang membabat rumput saja, pasukan Yucen menjadi gentar.
Komandan Yucen mengeluarkan aba-aba untuk mundur, akan tetapi dengan gerakan kilat, Maya melompat.
Pedangnya memenggal leher seorang perwira musuh dan tangan kirinya mencengkeram leher baju Panglima Yucen itu terus menariknya dari atas kuda.
Panglima itu terkejut dan meronta, heran dan kaget melihat bahwa yang menawannya adalah seorang dara jelita yang masih muda.
Akan tetapi keringatnya mengucur deras ketika ia mendengar dara itu mendesis bengis,
“Engkau Panglima Yucen keparat. Ingatkah kepada ayahku Raja Talibu dari Khitan?”
Wajah panglima itu pucat dan ia menggeleng-gelengkan kepala, “Aku…. aku tidak….!” Akan tetapi kata-katanya terhenti dan lehernya terbabat putus oleh pedang Maya.
Dara perkasa ini melompat ke atas batu besar, membawa kepala Panglima Yucen sambil berseru,
“Heii…. anjing-anjing Yucen! Lihat kepala siapa ini?” Suaranya yang dikeluarkan dengan pengerahan tenaga khikang amat nyaringnya.
Dan makin paniklah tentara Yucen mendengar dan melihat kepala pemimpin mereka, sebaliknya makin bersemangatlah Pasukan Maut itu.
Sehingga mereka mengamuk, membunuhi musuh yang kocar-kacir dan lari berserabutan.
“Hidup Maya Li-ciangkun!” Sorak para perajurit dan mereka mengejar musuh yang melarikan diri.
Hanya setelah ada perintah Maya saja para perajurit berhenti mengejar. Ketika Maya memerintahkan para perwira menghitung.
Dalam perang pertama ini pasukannya kehilangan dua puluh orang akan tetapi membunuh lebih dari seratus orang musuh. Ini merupakan kemenangan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader