BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Engkau….? Engkau pendekar wanita penolong kami….!” Ia lalu membentak anak buahnya, “Apakah kalian ini buta dan gila semua? Hayo cepat lepaskan belenggunya!”
“Krek! Krekkk!” Tiba-tiba Maya yang sudah berhasil mengumpulkan kembali tenaganya, sekali mengerahkan telah mematahkan belenggu kaki tangannya! Dia melangkah maju dan termanyum.
“Ciangkun, selamat berjumpa!” Maya lalu lakukan penghormatan.
Panglima besar itu meloncat dari tempat duduknya dan cepat menjura. “Selamat datang, Li-hiap!” Dan kepada anak buahnya ia membentak.
“Lihat apakah yang telah kalian lakukan, orang-orang tolol! Menawan dan membelenggu penolong kami! Seolah-olah belenggu kalian itu ada artinya bagi Li-hiap yang sakti!”
Kemudian ia membentak makin nyaring, “Hayo cepat berlutut, minta ampun kepada Li-hiap dan beri penghormatan padanya!”
Enam orang itu, yang dua tertendang tadi sudah ikut naik, cepat menjatuhkan diri dan seperti burung-burung saling sahut mereka berseru, “Mohon maaf kepada Li-hiap, karena kami tidak tahu maka….”
Maya menggerakkan tangannya seakan menolak penghormatan yang berlebihan. “Sudahlah! Salahku sendiri yang kurang pandai berenang sehingga mudah kalian bekuk!”
“Li-hiap, silakan duduk!” Panglima muda yang brewok cepat menyerahkan kursinya dan ia memandang kagum.
Ketika ia ditolong dari tangan lawan dampit yang lihai dia tidak dapat melihat jelas wajah penolongnya.
Kini ia kagum bukan main melihat bahwa penolongnya hanyalah seorang dara remaja yang masih amat muda lagi cantik jelita seperti bidadari!
“Lekas ambil pakaian bersih dan kering untuk Li-hiap! Dan sediakan meja perjamuan!” Panglima besar itu memberi perintah. Sibuklah anak buahnya mempersiapkan barang-barang yang diperintahkan itu.
“Li-hiap, silakan berganti pakaian kering dulu. Nanti kita bicara,” Panglima tua itu mempersilakan dengan penuh penghormatan.
Tanpa sungkan-sungkan Maya lalu memasuki kamar di perahu yang ditunjuk dan berganti pakaian.
Panglima besar itu berbisik-bisik dengan wajah serius dengan pembantunya, panglima muda brewok.
“Wah, betapa lucunya aku berpakaian seperti ini!” Maya yang sudah selesai berganti pakaian dan keluar dari kamar, tertawa memandangi pakaian panglima yang dipakainya.
“Engkau gagah sekali dan patut dalam pakaian itu, Li-hiap. Hanya kurang pedangnya. Silakan memakai pedangku.”
Panglima tua itu menyambut dan meloloskan sabuk pedangnya kemudian menghampiri Maya dan memakaikan sabuk pedang itu di punggung Maya sehingga dara itu tampak makin gagah perkasa.
Atas ajakan penuh hormat dari kedua orang panglima itu, Maya kini dijamu dan sambil makan minum mereka bercakap-cakap. Atas pertanyaan panglima tua itu, Maya menjawab.
“Namaku Maya dan kuharap Ciangkun jangan menanyakan siapa guruku dan dari mana asal-usulku karena hal itu takkan dapat kuterangkan.
Seandainya aku tidak melihat sendiri betapa pasukan Ciangkun bertempur melawan pasukan-pasukan Sung, tentu aku tidak akan dapat duduk semeja dengan kalian.
Ciangkun siapakah, dan mengapa pula pasukan Ciangkun bertempur melawan Pasukan Sung yang menjadi musuhku?”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader