BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Wajah panglima tua itu berseri mendengar bahwa dara perkasa yang menjadi penolongnya ini menganggap Kerajaan Sung sebagai musuhnya.
Dia menyuguhkan secawan arak, setelah arak yang disuguhkan sebagai penghormatan itu diminum, dia berkata,
“Namaku Bu Gi Hoat, dan dia ini adalah pembantuku, Panglima Muda Lai Sek. Tadinya aku adalah seorang panglima besar Kerajaan Sung yang ditugaskan memimpin armada menjaga pantai timur.
Kini kami menjadi musuh Kerajaan Sung yang makin menyuram dan penuh kelaliman.”
“Hemm…., jadi Ciangkun memberontak (Pembelot) terhadap Kerajaan Sung? Mengapa?”
Panglima she Bu itu menarik napas panjang. “Selama beberapa keturunan, nenek moyangku adalah pembesar-pembesar militer yang setia kepada kerajaan.
Akan tetapi, sekarang ini Kerajaan Sung mengalami kesuraman hebat karena kelemahan Kaisar yang dipengaruhi oleh menteri-menteri dorna, thaikam-thaikam dan panglima-panglima jahat macam Suma-goanswe.
Karena itu, banyak sekali panglima yang memberontak dan jadi pembelot, pembesar-pembesar daerah yang berdiri sendiri. Aku pun tidak dapat tinggal diam.
Apalagi semenjak Menteri Kam yang amat kami hormati itu difitnah dan tewas oleh kekejian Kerajaan Sung.
Kami harus membunuh Kaisar dan kaki tangannya yang lalim dan membentuk kerajaan baru yang bebas daripada penindasan para pembesar korup.”
Maya mengangguk-angguk. Diam-diam ia merasa girang karena kini mendapat kesempatan untuk membasmi musuh-musuhnya, terutama Kerajaan Sung!
Apalagi karena jelas bahwa panglima ini bersetiakawan dengan pek-hunya, Menteri Kam. Tanpa ragu-ragu lagi ia berkata,
“Kalau begitu, aku siap membantumu, Ciangkun!” cetus Maya pada para pembelot Kerajaan Sung ini.
Bukan main girangnya hati panglima itu. Ia mengisi cawan arak dan mengajak Maya minum kemudian berkata,
“Sungguh sudah menjadi kehendak Tuhan agaknya bahwa Kerajaan Sung yang buruk itu mesti hancur sehingga hari ini Tuhan sendiri yang mengirim Lihiap untuk membantu kami!
Belum juga aku berani mengutarakan maksud hatiku minta bantuanmu, engkau telah menyatakan hendak membantu. Terima kasih, Li-hiap, terima kasih!”
“Ah, engkau terlalu sungkan, Ciangkun. Memang aku pun berniat membasmi Kerajaan Sung yang kubenci sehingga kebetulan sekali kerja sama ini.
Kalau Bu-ciangkun setuju, berilah aku pasukan yang cukup banyak dan kuat, dan sekarang juga aku akan membawa pasukan itu menyerbu ke kota raja Sung!”
Hampir saja kedua orang panglima perang itu tertawa bergelak mendengar ucapan ini. Betapa dangkalnya pengetahuan dara ini tentang perang.
Begitu mudahnya hendak membawa pasukan menyerbu ke kota raja, seolah-olah jalan ke kota raja Sung itu halus lunak tanpa rintangan.
Perjalanan ribuan li itu sebelum ditempuh sepersepuluhnya sudah akan menghadapi pasukan-pasukan besar musuh yang amat banyak jumlahnya.
Dara ini bicara tentang perang seperti orang membalikkan tangan saja mudahnya! Akan tetapi karena maklum bahwa tentu saja dara semuda ini sama sekali tidak mengerti tentang perang, dan agar jangan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader