BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bahwa sinar itu adalah obor-obor yang dipegang orang. Karena rawa itu luas dan sinar obor-obor yang bersatu itu cukup terang, maka sebagian sinarnya dapat mencapai tempat Siauw Bwee.
Giranglah hati Siauw Bwee ketika melihat bahwa ular-ular yang sudah kekenyangan itu kini merayap pergi, agaknya takut akan sinar obor.
Dengan bantuan sinar yang datang dari obor-obor itu, Siauw Bwee dapat meloncat turun ke tempat yang tidak ada ularnya.
Kemudian mulailah ia berlari dengan hati-hati menuju ke arah orang-orang yang membawa obor. Tadinya ia mengira bahwa kedua orang temannya yang membawa obor itu.
Akan tetapi kini tampak olehnya bahwa yang membawa obor adalah tiga orang, jadi jelas bukan dua orang temannya itu.
Tiga orang itu membawa enam buah obor, masing-masing dua buah yang disatukan di satu tangan. Apakah orang-orang berkaki buntung yang masih berusaha mengejar dan mencarinya?
Siauw Bwee menggigit bibirnya dengan gemas. Aku telah menderita karena mereka, pikirnya. Dikeroyok burung, hampir dikeroyok ular dan benar-benar telah dikeroyok lintah!
Dan merendam tubuhnya di air kotor berbau! Kalau dia bukan bekas penghuni Pulau Es, tentu sekarang telah menderita kedinginan luar biasa pula!
Biarlah, mereka hanya bertiga, mungkin pimpinan mereka dan sekali ini aku akan membikin mereka tahu rasa!
Dengan hati gemas dan marah Siauw Bwee mempercepat larinya, berloncatan menghampiri tiga orang yang membawa obor itu dan setelah dekat ia tercengang.
Karena tiga orang itu tidak memakai tongkat dan kini tampak jelaslah bahwa mereka bukan tiga orang berkaki buntung, melainkan tiga orang berlengan buntung sebelah!
Kiranya mereka itu adalah tiga orang dari kaum lengan buntung! Hati Siauw Bwee tertarik sekali dan juga girang.
Sekarang ia mendapat kesempatan untuk keluar dari daerah rawa yang berbahaya itu! Diam-diam ia membayangi mereka dan benarlah dugaannya.
Tiga orang berlengan kiri buntung itu membawanya keluar dari daerah rawa dan memasuki sebuah hutan yang tandus.
Karena keadaan gelap dan penerangan obor itu tidaklah cukup menerangi daerah sekitarnya, maka Siauw Bwee tidak tahu jalan apa yang mereka tempuh sehingga dapat keluar dari daerah rawa.
Akan tetapi ternyata untuk keluar dari daerah rawa itu mereka telah menghabiskan waktu semalam suntuk!
Mereka telah memadamkan obor dan membuangnya karena malam telah terganti pagi ketika tiga orang itu berjalan cepat sekali menuju ke sebuah pondok bambu yang berdiri di tengah hutan tandus.
Gerak kaki mereka ketika berlari itu cepat bukan main dan diam-diam Siauw Bwee kagum sekali. Gerakan orang-orang berlengan kiri buntung itu ternyata amat hebat dan dalam hal berlari cepat.
Jelas bahwa orang-orang berkaki buntung bukanlah lawan mereka ini! Dia sendiri harus mengerahkan gin-kangnya dan berlari cepat-cepat untuk dapat membayangi mereka dan tidak tertinggal.
Ketika tiga orang itu mengampiri pondok, Siauw Bwee menyelinap dan bersembunyi sambil mengintai.
Pakaiannya sudah kering kembali, akan tetapi robek-robek di bagian lutut, paha, betis dan lengan kanan kiri.
Burung-burung sialan, ia memaki. Bekal pakaiannya masih tertinggal di atas punggung kuda hitamnya yang sekarang entah bagaimana nasibnya…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader