BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Aku tidak takut! Aku tentu akan dapat membebaskan orang kasar Huieng Liem Hok Sun itu.” “Apamukah dia itu, Nona?”
“Hemm…. bukan apa-apa. Kenal pun tidak. Akan tetapi aku melihat sifat baik di balik sikapnya yang kasar, juga dia murid Go-bi-san yang ilmunya lumayan.
Aku percaya bahwa dia pun tentu akan menolong orang yang menjadi tawanan di sini.”
“Aahhh, hatimu terlalu baik, Nona. Aku sendiri tidak percaya bahwa dia itu akan suka mempertaruhkan nyawa untuk menolong orang yang belum dikenalnya seperti yang telah kaulakukan ini, lalu kabur.”
Tiba-tiba terdengar gerengan keras, gerengan biruang yang menjaga di luar pintu, disusul suara gedebukan dan tak lama kemudian pintu itu terbuka dari luar.
Dan muncullah orang yang mereka bicarakan, yaitu Hok Sun sendiri yang memegang sebatang pedang di tangannya. Melihat Siauw Bwee, dia segera menyerahkan pedangnya sambil berkata,
“Nona, kaupergunakan pedang ini. Mari kita menerjang keluar. Kesempatan baik sekali selagi ketuanya dan pembantu-pembantunya tidak berada di dalam!”
Tiba-tiba ia menoleh, melihat Cia Cen Thok dan meloncat ke belakang seperti diserang ular. “Dia…. eh, dia…. siapa ini….?”
“Dia seorang sahabat senasib. Apakah engkau datang sengaja hendak menolongku? Bagaimana kau bisa bebas?”
Liem Hok Sun hilang kagetnya dan ia tertawa, “Aku akali Si Buntung Kaki itu! Ha-ha! Aku pura-pura lemah, lalu kabur.
Ketika mereka memberi makan, aku memberontak dan berhasil merobohkan Si Pengantar Makanan, kemudian aku lari dan mendapatkan pedang ini di jalan.
Dari percakapan mereka aku mendengar bahwa mereka telah membunuh seorang dara muda. Aku penasaran, ingin melihat sendiri ke sini dan kiranya engkaulah orang yang mereka bunuh itu.
Dan masih hidup. Syukurlah. Mari kita cepat menerjang keluar sebelum terlambat!”
Siauw Bwee tersenyum dan memandang kepada Cia Cen Thok dengan penuh arti. Kakek bekas mayat hidup itu mengangguk-angguk mengerti. “Saudara Liem Hok Sun, engkau seorang gagah sejati!”
“Eh, kau mengenal aku?”
“Aku yang memberitahukan namamu kepadanya,” kata Siauw Bwee.
“Engkau? Engkau Nona penunggang kuda itu. Aku belum pernah memperkenalkan diri…., ohhh, sekarang aku ingat!
Aku pernah mengakui namaku ketika kau kusangka pemasang jerat. Hayo, lekaslah kita keluar. Eh, sahabat aneh, apakah engkau pun akan lari keluar?”
Cia Cen Thok mengangguk. “Keluarlah kalian lebih dulu, aku menyusul belakangan.”
Siauw Bwee dan Liem Hok Sun berlari keluar dan Siauw Bwee melihat biruang itu sudah menggeletak dengan kepala pecah, tentu kena pukulan tangan Si Garuda Terbang.
Dia merasa kasihan karena menganggap biruang itu bukan binatang jahat, akan tetapi dalam keadaan seperti itu, dia diam saja dan terus berlari keluar didahului Liem Hok Sun sebagai pembuka jalan.
Ketika mereka sudah tiba di ruangan paling depan untuk kabur, dari kanan kiri meloncat keluar empat orang berkaki buntung dan mereka ini menyerang Hok Sun dan Siauw Bwee tanpa banyak tanya lagi…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader