BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Serentak mereka lari meninggalkan tempat itu membawa para korban pihak mereka. “Engkau ikut denganku!” Tiba-tiba Suma Hoat berseru.
Tubuhnya berkelebat ke depan dan ia sudah menyambar pinggang seorang di antara gadis-gadis penyerbu yang sejak tadi memang sudah diincarnya.
Bahkan ketika mengamuk tadi ia berlaku hati-hati agar jangan melukai gadis berpakaian hijau ini. Gadis itu menjerit, meronta dan menggerakkan pedangnya membacok.
Akan tetapi sekali mengetuk pergelangan gadis itu, pedangnya terbang dan di lain saat tubuhnya sudah ditotok dan dikempit lengan kiri Suma Hoat. Gadis yang cantik itu tak dapat bergerak lagi.
Kemudian, tanpa menoleh lagi, Suma Hoat meloncat berkelebat dan pergi dari situ tanpa pamit.
“Eh, nanti dulu!” Im-yang Seng-cu berseru.
“Taihiap, harap tunggu dulu, Pinceng hendak menyampaikan terima kasih
Gin Sim Hwesio juga berteriak, akan tetapi Suma Hoat tidak peduli dan sama sekali tidak menengok atau menjawab.
Im-yang Seng-cu tertawa dan berkata kepada Gin Sin Hwesio, “Itulah seorang pendekar besar yang rusak hatinya oleh asmara! Ha-ha-ha-ha, dia terkenal di dunia kang-ouw sebagai Jai-hwa-sian.
Akan tetapi siapa kira malam ini dia membela Siauw-lim-pai mati-matian. Losuhu selamat berpisah!”
Im-yang Seng-cu juga berkelebat pergi mengejar bayangan Suma Hoat yang sudah lenyap di telan keremangan pagi.
“Omitohod….!” Gin Sim Hwesio merangkap kedua tangan, kedua tan gan seperti berdoa, diam-diam harus mengakui bahwa keselamatannya dan keselamatan kuilnya.
Juga agaknya keselamatan Siauw-lim-pai sehingga tidak terseret dalam pertentangan adalah jasa pertolongan orang muda.
Yang di dunia kang-ouw disohorkan sebagai seorang penjahat cabul yang dikutuk semua orang.
Im-yang Seng-cu, melakuan pengejaran. Hatinya penuh rasa penasaran dan penuh rasa kekecewaan.
Begitu bertemu dengan Suma Hoat, ia merasa tertarik, merasa suka dan kagum. Ia tahu bahwa di dasar hatinya, Suma Hoat memiliki watak pendekar yang besar yang mengagumkan.
Akan tetapi sayang seribu kali sayang watak yang baik itu dikotori oleh kesukaan lain yang dianggap terkutuk di seluruh dunia yaitu suka mengganggu wanita!
Bahkan perbuatannya semalam yang amat mengagumkan, kegagahan serta keberanian disertai tekad untuk membela kebenaran dengan taruhan nyawa tanpa ditawar-tawar lagi.
Pada akhirnya dicemarkan oleh perbuatannya yang amat tercela, yaitu menculik seorang di antara para penyerbu yang masih muda dan cantik.
Penculikan yang jelas diketahui apa maksudnya! Padahal, di waktu mengamuk tadi, demi membela kebenaran membersihkan nama Siauw-lim-pai.
Dia sudah terancam bahaya maut dan kalau dikehendaki. Jai-hwa-sian yang sudah terluka itu masih sempat melarikan diri.
Akan tetapi, dia sama sekali tidak mau menyelamatkan diri tidak mau meninggalkan Gin Sim Hwesio dan Im-yang Seng-cu yang terluka parah, bahkan melindungi mereka dan mengamuk dengan nekat!
“Jai-hwa-sian…. bagaimana aku akan dapat menyadarkanmu dari kebiasaan buruk itu?” Im-yang Seng-cu berlari terus dan baru setelah matahari….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader