BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ia hanya dapat menggerakkan tongkatnya untuk melindungi tubuhnya. Dari pihak penyerbu, yang memiliki kepandaian tinggi hanya Thai-lek Siauw-hud.
Dan tosu yang mengaku bernama Thian Ek Cinjin, Si Perwira Gemuk telah tewas oleh pedang Suma Hoat.
Si Perwira Kurus telah remuk tulang kering kakinya dan dua orang kang-ouw teman mereka pun telah terluka oleh pedang Suma Hoat.
Biarpun kepandaian dua orang itu cukup hebat, namun Si Tosu kewalahan menghadapi tongkat Im-yang seng-cu dan Thai-lek Siauw-hud juga terdesak hebat menghadapi pedang Suma Hoat.
Akan tetapi karena datang puluhan orang anak buah Coa Sin Cu, payah jugalah Im-yang Seng-cu dan Suma Hoat.
Sedangkan Gin Sim Hwesio sudah tidak dapat menyerang lawan kecuali melindungi diri sendiri.
Bunyi senjata beradu bertubi-tubi nyaring dan terdengar Gin Sim Hwesio mengeluh panjang, tubuhnya terhuyung dan roboh ke belakang ketika kembali bahu kanannya terluka oleh sabetan pedang.
Dia sudah terluka dan tenaganya makin berkurang sedangkan para pengeroyoknya yang masih muda-muda itu terlampau banyak.
Biarpun ia roboh terjengkang dan rebah sambil memutar tongkatnya, namun keadaannya terancam bahaya maut dengan serangan senjata pedang yang amat banyak, yang bagaikan hujan menimpa dirinya.
“Trang-trang-trang….!” Pedang-pedang yang menyerang tubuh ketua kuil ini terpental, bahkan dua orang pengeroyok roboh terguling.
Ketika Suma Hoat meloncat datang meninggalkan para pengeroyoknya untuk menolong Gin Sim Hwesio. Hwesio itu kini sempat bangun kembali.
Darah mengucur dari bahu dan pahanya, namun ia sudah dapat memasang kuda-kuda dan melintangkan tongkatnya.
Suma Hoat kini kembali dikepung penyerbu kuil dan pundaknya kena ujung pedang seorang pengeroyok, bajunya robek dan kulitnya ikut robek sehingga darahnya mulai mengucur keluar.
Namun bagaikan seekor naga mengamuk, ia masih terus memutar pedangnya menyambut datangnya serangan Thai-lek Siauw-hud dan para murid Coa-bengcu.
Keadaan Im-yang Seng-cu juga tidak lebih baik. Biarpun ia masih tertawa-tawa, namun dia sudah terluka pula.
Dada kanannya tertusuk pedang, dan untunglah bahwa ia sempat mengerahkan sin-kang sambil membanting diri.
Sehingga hanya kulit dan daging dada saja yang robek berdarah. Diapun mengamuk hebat, bahkan terdengar dia bernyanyi nyaring:
“Malang-melintang di dunia kang-ouw
menentang kejahatan mengabdi kebenaran
tongkat di tangan haus darah dan nyawa
para penjahat angkara murka
biarpun tewas dalam membela kebenaran
dengan senjata tongkat tetap di tangan
Apa lagi yang membuat penasaran?”“Bress! Prookk!” Kembali dua orang penyerbu roboh oleh tongkat di tangan Im-yang Seng-cu, akan tetapi pada saat itu.
Pedang Si Tosu yang lihai telah berhasil membacok ke arah lehernya. Im-yang Seng-cu cepat membuang diri ke belakang, namun sinar pedang menyusul dan darah….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader