BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tiba-tiba terdengar sorak-sorai menyusul berkobarnya api, akan tetapi sorak-sorai ini segera terganti teriakan-teriakan kaget dan api pun padam.
Tak lama kemudian, berkelebatlah bayangan orang yang cepat dan ringan sekali, dan di situ muncul seorang laki-laki tampan yang menerjang dengan pedangnya.
Sekali terjang ia telah membuat Si Tosu terlempar ke belakang. Kemudian, laki-laki ini meloncat dan menerjang mereka yang mengepung Im-yang Seng-cu.
Melihat laki-laki ini Im-yang Seng-cu tertawa dan berseru,
“Ha-ha-ha! Kiranya engkau benar-benar Sian (Dewa), bukannya Kwi (Setan)!”
Suma Hoat atau Jai-hwa-sian tidak menjawab, hanya menggerakkan pedangnya, diputar cepat sekali sehingga dua orang kang-ouw yang baru menangkis menjadi patah pedangnya dan terluka pundak dan dadanya.
“Siapa engkau….?” Thai-lek Siauw-hud membentak, kaget menyaksikan kehebatan gerak pedang Suma Hoat. Suma Hoat tidak menjawab, akan tetapi Im-yang Seng-cu sudah memperkenalkan,
“Mau kenal sahabatku ini? Dialah Jai-hwa-sian!”
Si Gendut terkejut sekali. “Mengapa orang seperti engkau membela Siauw-lim-pai?”
Sebagai jawaban Jai-hwa-sian menerjang dan Si Gendut terpaksa menangkis dengan golok.
“Cringggg!” Golok dan pedang bertemu dan melekat, pada saat itulah, Si Perwira gemuk sudah menerjang dengan pedang panjangnya, menyambar ke leher Suma Hoat dari belakang.
“Pergilah….!” Suma Hoat membentak, menggetarkan pedangnya dan mendorong sehingga Thai-lek Siauw-hud terhuyung ke belakang dan secepat kilat Suma Hoat sudah merendahkan diri.
Sehingga pedang perwira gemuk menyambar atas kepalanya. Detik itu juga, pedang Suma Hoat meluncur dari bawah.
Si Perwira menjerit, pedangnya terlepas dan ia terjengkang roboh, darah muncrat-muncrat keluar dari perutnya.
Akan tetapi, puluhan orang sudah menyerbu datang. Mereka terdiri dari belasan pemuda-pemuda dan belasan gadis-gadis yang memiliki gerakan gesit dan ringan.
Mereka itu adalah anak buah atau murid-murid dari Coa Sin Cu, bengcu di pantai laut Po-hai.
Para murid Kuil Siauw-lim-si yang menjaga di luar tadi telah roboh oleh mereka dan ketika mereka mulai membakar kuil.
Tiba-tiba muncul Suma Hoat yang merobohkan lima orang yang membakar kuil dan memadamkan kebakaran lalu datang membantu Gin Sim Hwesio dan Im-yang Seng-cu.
Terjadilah pertadingan yang berat sebelah karena para penyerbu terdiri dari puluhan orang sedangkan yang mempertahankan hanyalah Gin Sim Hwesio yang sudah terluka, Im-yang Seng-cu dan Suma Hoat.
Murid kepala Gin Sim Hwesio juga sudah roboh.
“Ha-ha-ha! Dewa Pemetik Bunga alias Jai-hwa-sian, mari kita basmi anjing-anjing keparat ini!” Im-yang Seng-cu tertawa bergelak dan cepat mengerjakan tongkatnya.
Merobohkan dua pengeroyok karena ingin mengejar ketinggalannya ketika melihat betapa Suma Hoat sudah lebih dulu merobohkan dua orang.
Gin Sim Hwesio mengeluh ketika melihat kuilnya menjadi kotor oleh darah manusia, dan karena dia sudah terluka cukup parah, ia….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader