BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Takut apa?” Tosu itu berseru dan melirik ke arah Suma Hoat yang masih makan dan berpura-pura tidak mendengar. “Semua sudah diatur baik.”
“Memang Hoa-totiang benar. Kalau pusat perkumpulan mereka mendengar bahwa cabang mereka terbasmi oleh perwira Sung dan tokoh Hoa-san, hendak kulihat apakah ketua pusatnya akan tetap dingin saja,” kata pula perwira kurus.
Percakapan mereka terhenti karena munculnya empat orang pelayan yang membawa hidangan yang mereka pesan.
Banyak benar hidangan itu dan mereka sudah mempersiapkan sumpit ketika mereka dikejutkan oleh suara orang menggebrak meja sambil berseru,
“He, Bung Pelayan yang tidak adil! Aku sudah datang lebih dulu dan pesan lebih dulu, mengapa orang-orang lain yang datang belakangan dilayani lebih dulu? Sungguh menjemukan!”
“Sicu, harap bersabar….!” Pelayan membujuk dengan wajah ketakutan, bukan takut terhadap Si Kaki Telanjang.
Melainkan takut kepada rombongan lima orang itu karena ia membungkuk-bungkuk kepada dua orang perwira sambil menggumam, “Ciangkun, maafkan….!”
Melihat ini, Suma Hoat menjadi panas perutnya dan ia pun berkata, “Pelayan, tugasmu melayani tamu yang sama-sama membayar tanpa pilih kedudukan dan pilih kasih!”
Pelayan itu makin ketakutan dan empat orang pelayan mundur-mundur ketika melihat betapa lima orang itu melototkan mata mereka.
Si Perwira kurus memencet hidungnya dan berkata, “Wah-wah, banyak sekali lalat di sini! Membikin orang kurang bernafsu makan saja!
Biar kubasmi lalat-lalat ini!” katanya dan menyambar kain lap dari pundak seorang pelayan, kain itu ia gerakkan ke atas.
Ke kanan kiri dan…. belasan ekor lalat yang memang banyak terdapat di situ terkena sambaran angin pukulan, runtuh semua ke atas meja Si Kaki Telanjang!
Si Kaki Telanjang melihat bangkai belasan ekor lalat di atas mejanya, dan terdengarlah suara ketawa lima orang itu terbahak-bahak.
“Ha-ha-ha!” Si Perwira Kurus yang memperlihatkan kepandaiannya itu tertawa. “Kalau sudah amat kelaparan, lalat pun merupakan hidangan yang lumayan!”
“Ha-ha-ha-ha!” Lima orang itu bertawa lagi, yang paling keras ketawanya adalah Si Perwira Kurus karena ia sengaja hendak menghina Si Kaki telanjang yang menoleh sambil tertawa mangerling ke arah Si Kaki Telanjang.
“Ha-ha-ha-hauuup….!” Tiba-tibe Si Perwira kurus menghentikan ketawanya, matanya mendelik, ia terbatuk-batuk dan berusaha mengeluarkan tiga ekor lalat yang menyambar memasuki mulutnya yang tadi tertawa dan kini bersarang ke tenggorokkannya.
“Haaak-agghh…. haaakk-huaaakkk!”
“Eh, kau kenapa?” Temannya, Si Perwira Gemuk, bertanya, juga tiga orang lainnya memandang heran, menghentikan ketawa mereka.
“Ughh-ughh…., lalat…., masuk mulut…., si bedebah!” Perwira kurus itu terbatuk-batuk dan empat orang temannya tertawa-tawa geli, akan tetapi mereka itu menjadi terheran-heran juga mengapa ada lalat bisa masuk ke mulut teman mereka.
“Tiga ekor…., ihh, huakk, si keparat!” Perwira itu menyumpah-nyumpah dan terpaksa menelan tiga ekor lalat itu karena tidak berhasil mengeluarkan…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader