BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tentu saja mereka hanya bergurau karena kalau betul-betul dicambuk, jangankan selaksa kali atau seribu kali, baru dua puluh kali saja kulit-kulit tipis punggung dan pinggul mereka tentu akan pecah-pecah dan nyawa mereka melayang!
Demikianlah, semenjak saat itu, hati Han Ki tercuri oleh Puteri Hong Kwi yang cantik jelita. Puteri ini adalah puteri Kaisar dari selir yang memang terkenal cantik jelita.
Dan semenjak saat itu, Han Ki selalu mencari kesempatan untuk tersesat atau lebih tepat “menyesatkan diri” ke dalam taman terlarang sehingga dalam waktu sebulan itu.
Beberapa kali ia “kebetulan” bertemu dengan Sung Hong Kwi, puteri selir itu yang selalu ada di taman itu.
Bahkan kini puteri itu amat sering datang ke taman untuk duduk termenung sambil memandang burung kuning dalam sangkar!
Kini puteri ini tidak lagi menyimpan rahasia hatinya kepada empat orang pelayannya yang tentu saja merahasiakan pertemuan antara Han Ki dan Hong Kwi.
Pada saat malam terang bulan, Hong Kwi duduk melamun di taman. Empat orang pelayan duduk tak jauh dari situ.
Berbisik-bisik dan tidak berani mengganggu Sang Puteri yang mereka tahu sedang murung memikirkan Han Ki yang sudah beberapa hati tidak tampak.
Hong Kwi memandang ke arah burung kuning dalam sangkar. Pikirannya melayang-layang jauh. Dia tidak melihat burung di dalam sangkar itu, melainkan wajah Han Ki! Dari bibirnya berbisik-bisik.
“Mungkinkah….? Akukah yang seperti burung dalam sangkar? Bagaimana mampu bebas dan terbang berdua dengan burung di luar sangkar? Ah! Kam-tai-hiap….!”
Seolah-olah mendengar jeritan hatinya, tiba-tiba berkelebat bayangan dan tahu-tahu Han Ki telah berdiri di hadapannya!
“Kam-taihiap….!” Hong Kwi terkejut sekali. Betapa beraninya pemuda ini! Malam-malam datang di tempat itu! Kalau ketahuan, mereka berdua bisa celaka! Akan tetapi sikap Han Ki tidak gembira seperti biasa.
Biarpun biasanya pertemuan antara mereka berdua. hanya lebih banyak pertemuan pandang mata saja daripada percakapan, namun Han Ki selalu bersikap gembira.
Namun malam ini, di bawah sinar bulan, wajah yang tampan itu kelihatan muram. “Siocia…., saya datang…. untuk berpamit….” Dara jelita itu terkejut, mengangkat muka memandang penuh selidiki. “Berpamit….?
Kam-taihiap…. mengapa? Apa yang terjadi? Engkau…. hendak pergikah?” Pemuda itu hanya mengangguk, kemudian memandang ke arah empat orang pelayan dan berkata.
“Bolehkah saya bicara berdua saja denganmu, Siocia?” “Ahhh…. tapi…. tapi….” Ia meragu! lalu menoleh ke arah empat orang pelayannya sambil berkata lirih.
“Kalian pergilah sebentar.” Empat orang pelayan itu saling pandang, lalu tersenyum dan bagaikan empat ekor kupu-kupu.
Mereka berlarian menjauh dan bersembunyi di dalam bangunan kecil, agak jauh dari tempat itu. “Tai-hiap, engkau hendak pergi ke manakah?”
“Siocia, saya mendapat tugas dari Menteri untuk melakukan penyelidikan ke negara bangsa Yucen….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader