BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Memang jarang ada yang tahu, akan tetapi aku tahu akan itu semua, manis!” “Tidak….! Tidak….!” Maya menangis dan menangis terus sampai pada keesokan harinya rombongan itu melanjutkan perjalanan.
Maya digandeng dan setengah diseret oleh Bhutan yang memimpin rombongannya itu melanjutkan perjalanan, bukan ke Go-bi-san, melainkan ke timur!
Dapat dibayangkan betapa hancur dan sengsara rasa hati Maya, akan tetapi apa yang dapat ia lakukan? Kalau dia melarikan diri, selain sukar sekali karena ia selalu diawasi, juga ia akan dapat pergi ke manakah?
Lebih sengsara lagi hatinya ketika terpaksa ia harus menyaksikan pasukan yang tadinya menjadi pengawalnya yang setia itu kini berubah menjadi segerombolan serigala buas yang tidak mengenal perikemanusiaan.
Merampok dusun-dusun yang mereka lalui, membunuh, memperkosa dan membakar rumah sambil bersorak-sorak!
Dara sekecil ini dipaksa untuk menyaksikan hal-hal yang mengerikan itu, menyaksikan wanita-wanita yang menjerit-jerit diperkosa dan kemudian dibunuh.
Sampai habis air mata ditumpahkan dalam tangis Maya dan dalam waktu sebulan saja ia telah berubah menjadi seorang dara cilik yang berhati keras seperti baja, ditempa oleh pengalaman-pengalaman yang pahit dan mengerikan.
Kalau dahulu ia berwatak jenaka dan lincah, kini ia menjadi pendiam, jarang bicara, jarang pula makan atau tidur kalau tidak terpaksa sekali sehingga mulailah tubuhnya menjadi kurus dan mukanya pucat.
Akan tetapi wajah seperti topeng mati dan sikapnya dingin melebihi salju! Tanpa disadarinya terbentuklah watak yang keras dan dingin pada jiwa dara cilik ini.
Pergolakan hebat yang terjadi di utara itu bukan tidak ada ekornya sama sekali, bahkan menjadi awal pergolakan hebat yang menjalar ke selatan.
Pada masa itu di selatan juga terjadi pergolakan hebat, perebutan kekuasaan yang menimbulkan perang di mana-mana. Suku bangsa Yucen tadinya adalah suku bangsa yang ditundukkan oleh Kerajaan Khitan, yaitu ketika Ratu Yalina masih memegang tampuk kerajaan.
Setelah kini keadaan Khitan menjadi lemah, bangsa Yucen membalas dendam, memberontak dan dibantu pula secara diam-diam oleh Kerajaan Sung dari selatan.
Di samping itu, serbuan liar dari bangsa Mongol yang mulai berkembang, membuat Khitan hancur. Bangsa Yucen “mendapat hati” dan mendirikan wangsa baru, yaitu yang disebut Wangsa Cin.
Sebentar saja Kerajaan Cin ini mendesak Kerajaan Sung dan melihat lemahnya Kerajaan Sung, menuntut agar Kerajaan Sung mengirim “upeti” setiap tahun!
Keadaan yang demikian itu menyedihkan hati seorang menteri yang setia di Kerajaan Sung. Menteri ini bernama Kam Liong dan dia bukan lain adalah putera sulung dari pendekar Sakti Suling Emas!
Bahkan Menteri Kam Liong inilah yang sesungguhnya telah mewarisi kepandaian ayahnya, juga telah mewarisi senjata pusaka ayahnya yang berupa sebatang suling emas dan sebuah kipas.
Kaisar amat percaya kepada Menteri Kam Liong, bukan hanya karena menteri ini adalah putera pendekar besar Suling Emas.
Melainkan terutama sekali karena Menteri ini memang amat pandai dan bijaksana, juga amat setia kepada negara. Menteri Kam Liong prihatin dan berduka sekali…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader