BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Segala yang terjadi semenjak mengadakan pertemuan dengan Sung Hong Kwi sampai dia ketahuan, dikeroyok, ditangkap dan akhirnya ditolong dengan pengorbanan nyawa oleh Kam Liong dan Khu Tek San kemudian dibawa pergi suhunya.
Teringatlah dia akan nasihat dan wejangan suhunya yang membuka matanya dan menyadarkannya sehingga dia dapat menerima peristiwa itu dengan hati tidak terlalu menderita karena patah hati.
Akan tetapi, pertanyaan tiba-tiba dari Maya membuat ia terkejut dan terpukul, terbayang wajah Sung Hong Kwi yang dicintanya, timbullah rasa rindu yang tak tertahankan dan rasa sakit di hati mengingat betapa kekasihnya itu dirampas oleh orang lain!
“Hong Kwi….!” Hatinya mengeluh akan tetapi mulutnya berkata dengan suara dingin seperti suara yang keluar dari balik kubur, sama sekali tidak mengandung semangat kehidupan.
“Maya dan Siauw Bwee, kuminta kalian selamanya jangan menyebut-nyebut lagi namanya….“
Melihat keadaan Han Ki yang patah hati begitu, Maya menjadi terkejut dan menyesal mengapa tadi ia bertanya-tanya tentang Puteri Sung Hong Kwi itu.
“Baik, Suheng,” jawabnya.
“Baik, Suheng,” kata pula Siauw Bwee.
Dengan kekuatan batinnya sebentar saja Han Ki sudah dapat mengatasi perasaan hatinya yang tertekan , maka perahu kembali meluncur dengan lancar dan cepatnya ke timur.
Suara ujung perahu memecah air laut mengumandangkan nasihat Bu Kek Siansu kepada Han Ki bahwa pemuda itu sebaiknya mengasingkan diri ke Pulau Es bersama dua orang sumoinya.
Karena kalau dia muncul di dunia ramai, tentu akan teringat terus akan peristiwa di Kerajaan Sung dan dia akan selalu menjadi seo rang buronan.
Kini Han Ki dapat memikirkan dan merasai tepatnya nasihat itu. Dia masih muda dan berdarah panas, mudah dikuasai nafsunya sehingga kalau dia bertemu lagi dengan Hong Kwi.
Agaknya tidak akan dapat neenahan diri dan akan menimbuikan kegemparan-kegemparan baru, mungkin pelanggaran-pelanggaran yang tidak semestinya dilakukan orang baik-baik.
Hong Kwi telah menjadi milik orang lain, dan dia harus dapat melupakanya. Satu-satunya jalan untuk melupakannya secara baik adalah tinggal di pulau yang terasing dan menggembleng diri dengan ilmu-ilmu yang lebih tinggi.
“Hei….! Ikan banyak sekali….!” Tiba-tiba Maya berseru sambil menuding ke air. Siauw Bwee dan Han Ki memandang dan memang benar.
Di dalam air, tersinar bagai matahari, tampak banyak ikan sebesar paha berenang ke sana ke mari banyak sekali.
Pemandangan ini amat menarik hati dan ketiganya tidak menggerakkan dayung membuat perahu terhenti dan mereka menikmati pemandangan yang memang indah itu.
Karena matahari sudah naik tinggi dengan sinar cemerlang dan air laut tenang, maka melihat ikan-ikan dengan sisik mengkilap itu berenang di sekitar perahu amatlah mempesonakan.
“Ah, kalau ada alat pancing, tentu menyenangkan sekali memancing di sini;” kata Siauw Bwee.
“Itu ada perahu datang!” Han Ki berkata. Mereka memandang dan dari jauh tampak sebuah perahu kecil meluncur datang dengan cepat sekali.
Setelah dekat tampak oleh mereka bahwa perahu itu ditumpangi seorang laki-laki yang berkepala gundul.
“Seperti seorang hwesio!” kata Siauw Bwee. “Bukan, bantah Maya.…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader