BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ada sinar kuning emas menyambar merupakan lingkaran sinar yang menyilaukan mata. “Trangggg, tringg…. cringggg….!”
Kembali para pengeroyok berteriak kaget dan hanya Suma Kiat dan Siangkoan Lee saja yang mampu mempertahankan diri dengan tangkisan senjata mereka, sedangkan para panglima pengawal lainnya terhuyung ke belakang.
“Tek San, bawa dia lari, aku menjaga di belakang!” Menteri Kam Liong berteriak sambil memutar suling emasnya menangkis datangnya sinar bekeredepan dari senjata-senjata rahasia yang dilepas oleh para pengawal.
Karena maklum bahwa kini pasukan pengawal yang menyerbu amat banyaknya dan kalau mereka tidak cepat-cepat dapat keluar dari kota taja tentu mereka terancam bahaya hebat.
Khu Tek San mengerti akan maksud suhunya, maka ia pun lalu meloncat sambil memutar pedang melindungi tubuh Han Ki yang dipanggulnya. Pemuda itu masih pingsan dan sama sekali tidak bergerak.
Hal ini amat merugikan, karena Tek San mengerti benar bahwa apabila pemuda perkasa ini tidak pingsan dan ikut melawan, agaknya tidaklah amat sukar bagi mereka bertiga untuk menyelamatkan diri lari keluar deri kota raja!
Sepak terjang Kam Liong dan Tek San menggentarkan hati para pengeroyok. Kini Kam Liong tidak lagi berlaku sungkan karena dia maklum bahwa persoalannya menjadi gawat, persoalan mati atau hidup.
Dia mengerti bahwa kalau sampai mereka tertawan, tentu akan menerima hukuman mati dan yang lebih menggelisahkan hatinya adalah tercemarnya nama keluarganya sebagai pemberontak.
Demi keselamatan Han Ki, karena kalau kali ini mereka tertawan dan mati semua, akan habislah keturunan keluarga ayahnya.
Maka diputarnya senjata suling dan kipasnya dengan hebat menghadang para pengeroyok yang hendak mengejar Khu Tek San yang menggendong tubuh Han Ki yang masih pingsan.
Melihat betapa orang-orang yang dibencinya dapat lolos keluar dari penjara, bahkan kini telah menyerbu keluar dari dinding tembok istana.
Suma Kiat marah sekali dan menambah jumlah pesukan, juga memerintahkan agar pasuken-pasukan keamanan dikerahkan untuk memblokir semua jalan keluar dari kota raja!
Sementara itu, dia sendiri memimpin para panglima yang makin banyak jumlahnya, tetap mengeroyok Kam Liong yang mengamuk bagaikan seekor naga yang bermain-main di angkasa.
Mengamuk sehingga kipasnya menimbulkan angin bersuitan dan suling emasnya merupakan gulungan sinar kuning emas yang menyambar ke sana ke mari.
Karena kini Kam Liong benar-benar meangamuk, bahkan hanya untuk membela diri namun terutama sekali untuk melapangkan jalan bagi Khu Tek San untuk menyelamatkan Han Ki.
Maka sinar suling emasnya mulai merobohkan para pengeroyok tanpa mengenal ampun lagi. “Suma Kiat! Jika kau tidak ingin melihat kota raja banjir darah, biarkan kami pergi!” bentaknya berulang-ulang sambil mengamuk karena di dalam hatinya.
Menteri tua ini tidak senang harus membunuhi para pengawal. Hal ini amat berlawanan dengan hatinya yang sebetulnya penuh kesetiaan kepada kerajaan.
“Pengkhianat dan pemberontak laknat! Tak mungkin kalian dapat meninggalkan kota raja dengan tubuh bernyawa!”…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader