BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suma Kiat membentak sambil menyerang lebih ganas lagi. Kam Liong berduka dan juga marah sekali.
Dia terpaksa harus menjadi seorang pengkhianat dan pemberontak rendah, akan tetapi dia siap mengorbankan nyawa dan kehormatannya untuk menyelamatkan keturunan terakhir dan keluarganya.
“Aku dan muridku akan menyerahkan nyawa asal Han Ki kaubebaskan!” Teriaknya pula. Akan tetapi, baik Suma Kiat maupun temannya yang sebagian memang tidak suka kepada menteri yang setia dan jujur yang selalu menentang kelaliman para pembesar, malah mengurungnya dengan ketat.
“Tek San! Lari….!” Kam Liong berteriak, mencurahkan tenaganya menerjang Suma Kiat. Suma Kiat yang amat lihai itu kewalahan menghadapi sambaran sinar kuning emas.
Dan dia tentu menjadi korban kalau saja lima orang temannya tidak melindunginya dengan tangkisan-tangkisan senjata mereka.
Enam orang itu sampai terpental ke belakang dan terhuyung-huyung ketika senjata mereka bertemu dengan sinar kuning emas yang amat kuat itu.
Kesemuanya ini dipergunakan Kam Liong untuk meloncat ke dekat Tek San, sinar sulingnya merobohkan tiga orang pengeroyok muridnya sehingga Tek San dapat melarikan diri.
Menteri tua yang sakti itu pun lalu mengejar dan melindungi larinya Tek San dari belakang. “Wirrr…. wirrr….!”
Hujan anak panah mulai berdatangan, menyambar dari belakang, kanan dan kiri ke arah tiga orang pelarian itu.
Namun, pedang di tangan Tek San dan suling di tangan Kam Liong dip utar cepat, meruntuhkan semua anak panah yang menyambar, juga kebutan kipas membuat anak-anak panah terlempar dan menyeleweng ke kanan kiri.
Mereka berdua menangkis sambil berlari terus menuju ke selatan karena mereka bermaksud melarikan diri keluar dari pintu gerbang kota raja sebelah selatan.
Akan tetapi, dari segala sudut dan lorong di kota raja, berbondong-bondong muncul pasukan-pasukan yang menghujankan anak panah dan mengeroyok.
Seperti semut banyaknya sehingga usaha melarikan diri dua orang guru dan murid itu selalu terhalang dan sukar, hanya dapat maju dengan lambat.
“Kita harus dapat keluar sebelum terang cuaca!” Kam Liong berkata kepada muridnya. “Larilah cepat, biar aku yang menghadapi semua rintangan!”
Kam Liong bicara sambil melakukan gerakan, seperti burung garuda menyambar di sekeliling tubuh muridnya, dengan demikian merobohkan lima orang pengeroyok dan membuka jalan bagi murid-muridnya.
“Suhu….!” Tek San berkata, suaranya menggetar dan pedangnya merobohkan dua orang pengeroyok.
“Hemm, bicaralah!” Kam Liong berkata nyaring, suaranya penuh wibawa karena jago tua yang banyak pengalaman ini dapat menangkap keraguan dan kedukaan di dalam suara muridnya yang amat dikenalnya itu.
“Cet-cet cettt….!” Belasan batang senjata piauw menyambar dari atas. “Keparat!” Kam Liong berseru, sulingnya diputar menangkis dan kipasnya berhasil menangkap atau menjepit tiga batang senjata piauw.
Kemudian sekali kipas digerakkan, tiga sinar meluncur menuju ke atas genteng rumah di pinggir jalan disusul jerit mengerikan dan robohnya dua orang pengawal dari atas genteng itu, dahi mereka “termakan” piauw mereka sendiri.…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader