BEBASBARU.ID, TABALONG – Hari ini Senin (13/11/2023) ada getaran yang tak biasa, walaupuan getaran ini lemah dan hanya terjadi beberapa detik. Tapi ini cukup mengejutkan!
Bagaimana tidak, ternyata terlah terjadi gempa bumi skala rendah, dengan magnitudu 4,1 SR. Di Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan
Dikutip BEBASBARU.ID dari akun BMKG, di laporkan: #Gempa (UPDATE) Mag:4.0, 13-Nov-23 07:39:17 WIB, Lok:2.17 LS, 115.59 BT (Pusat gempa berada di darat 20 Km Baratlaut Balangan), Kedlmn:10 Km Dirasakan (MMI) III Tabalong #BMKG
Berdasarkan keterangan beberapa netter, mereka melaporkan memang terasa ada goyangan tak biasa di rumah.
Mereka awalnya menduga ini bukan gempa, tapi setelah BMKG melaporkan ada gempa, baru warga Tabalong dan Balangan merasa ngeh, kalau memang baru saja terjadi gempa bumi.
Beberapa warga melaporkan, goyangan yang paling terasa terjadi di Tanjung Selatan, sebagian Haruai, hingga Tanta.
Redaksi BEBASBARU.ID pun sempat merasakan goyangan tersebut, walaupun tak begitu kencang.
Namun di kantor redaksi seperti terasa ada goyangan. Awalnya redaksi mengira ada mobil dengan tonasi besar lewat.
Tapi justru saat kejadian, jalana di depan kantor redaksi sepi-sepi saja. Tak lama saat membuka situs BMKG, justru di laporkan terjadi gempa bumi.
Yang berpusat di Balangan Barat Laut, kedalaman 10 kilometer dari bawah permukaan laut. Sampai hari ini memang belum ada laporan, apakah ada kerusakan akibat gempa ini.
Kalimantan Satu-satunya Pulau yang Rendah Rawan Gempa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
“Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia.
“Seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta.”
Diantaranya pertama, wilayah Pulau Kalimamtan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.
Dan ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.
Namun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan yang berhadapan dengan sumber gempa.
Di kutip BEBASBARU.ID dari kominfo.go.id Kepala BMKG itu merekomendasikan perlunya disusun strategi mitigasi bencana dengan menyiapkan tata ruang pantai agar masyarakat pesisir lebih aman.
“Tata ruang pemanfaatan daerah pesisir harus berbasis mitigasi bencana, Ini penting guna mengantisipasi bencana tsunami di pantai rawan tsunami dan tangguh menghadapi tsunami,” kata Dwikorita.
Selain itu, lanjut Dwikorita, konsep evakuasi mandiri juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami.
Evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat.***