BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menyaksikan munculnya panglima tinggi kurus yang nakal dan aneh itu sehingga mereka tak dapat menjawab.
Kaisar sendiri mulai marah dan sudah membuat gerakan memerintahkan pengawal menangkap panglima tinggi kurus itu ketika Menteri Kam tiba-tiba meloncat dan menjatuhkan diri berlutut di depan Kaisar.
“Mohon Paduka sudi mengampunkan hamba dan mengijinkan hamba untuk menyelesaikan urusan ini agar perdamaian tetap dipertahankan.”
Kaisar mengangguk.
“Cu-wi Ciangkun dan Taijin dari Yucen harap suka memaafkan karena dia ini hanyalah seorang anak kecil yang bertindak menurutkan perasaan dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kerajaan.
Mengenai urusan yang diajukan oleh Te-i-ciangkun dari Yucen tadi, biarlah saya akan memberi penjelasan.”
“Menteri Kam Liong! Apakah engkau hendak melindungi pula seorang panglima yang bersikap begitu lancang dan membikin malu kerajaan?” Tiba-tiba Suma Kiat berkata marah.
“Pertanyaan yang tepat!” Panglima Besar Yucen berseru. “Dan siapa mau menerima alasan bahwa dia ini masih seorang anak kecil? Alasan yang dicari-cari untuk menyelamatkan diri!”
Menteri Kam Liong dengan sikap tenang lalu bangkit dan menghampiri panglima kurus yang masih berdiri tegak itu, tangannya meraih dan mulutnya menegur, “Maya, jangan nakal dan kurang ajar, hayo cepat minta ampun kepada Hong-siang!”
Panglima kurus itu mencoba menghindar, namun terlambat dan jubahnya telah direnggut robek oleh tangan Menteri Kam Liong yang kuat.
Berbareng dengar robeknya jubah, tampaklah penglihatan yang aneh dan membuat semua orang menjadi geli.
Kiranya panglima tinggi kurus itu adalah dua orang anak perempuan, yang seorang berdiri di atas pundak temannya.
Pantas saja tadi dari “perut” panglima itu keluar kaki tangan yang menyerang dari dalam jubah! Maya, segera meloncat turun dari pundak Siauw Bwee.
Tadi, sewaktu semua panglima menonton tegang, dia dan Siauw Bwee diam-diam telah melakukan penyamaran mereka lagi, tentu saja atas desakan Maya yang ingin menolong Menteri Kam!
Sebagai seorang puteri Kerajaan Khitan, tentu saja Maya mengerti akan tatasusila istana, dermikian pula Siauw Bwee yang menjadi puteri seorang panglima terkenal.
Mereka berdua lalu menjatuhkan diri berlutut di depan Kaisar dan dengan suara halus mohon ampun.
Kam Han Ki tak dapat menahan ketawanya melihat ulah nakal Maya dan Siauw Bwee, dan untung bahwa pada saat itu, Kaisar sendiri pun tertawa disusul oleh para pembesar yang hadir di situ.
Memang amat lucu setelah melihat bahwa yang berbuat lancang kurang ajar itu ternyata hanyalah dua orang anak perempuan!
“Siauw Bwee…. !” Khu Tek San menegur dan biarpun Panglima ini hanya memanggil namanya, Siauw Bwee mengenal bahwa ayahnya amat marah dan dia menoleh ke arah ayahnya dengan muka pucat. Akan tetapi Maya cepat berkata lantang.
“Mohon Paman Khu, juga Sri Baginda dan semua orang tidak menyalahkan adik Siauw Bwee atau siapa saja karena semua ini sayalah yang bertanggung jawab!”
Bukan main kagum rasa hati Kaisar melihat sikap Maya. Bocah ini bukan anak sembarangan, pikirnya dan kepada Menteri Kam, Kaisar bertanya.
“Siapakah mereka ini?”…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader