BEBASBARU.ID, GAYA HIDUP – Bagi penikmat kopi, sehari tak ngopi bikin pala puyeng, tapi bagi yang punya riwayat sakit maag, ngopi bak musuh yang harus di hindari.
Tapi, tahukah anda, ngopi kata pakar sains justru bisa perpanjang usia?
Walaupun usia itu rahasia Tuhan, tapi berdasarkan penelitian para sains, ngopi di waktu pagi, bisa memperpanjang usia si penikmat kopi.
Tim peneliti yang dipimpin ahli dari Universitas Tulane, Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa minum kopi di pagi hari bisa memiliki lebih banyak manfaat ketimbang membagi konsumsi kopi sepanjang hari.
Dikutip BEBASBARU.ID dari CNN, Jumat (10/01/2025), manfaat minum kopi di pagi hari salah satunya hidup lebih lama.
Studi yang ditulis di European Heart Journal ini melibatkan lebih dari 40 ribu partisipan. Seluruh partisipan diteliti kesehatan, nutrisi, dan gaya hidupnya.
Soal kebiasaan minum kopi, ada dua pola minum kopi yang berbeda yakni minum kopi sebelum tengah hari dan minum kopi sepanjang hari.
Lebih dari sepertiga partisipan (36 persen) dikategorikan sebagai peminum kopi pagi, sementara sekitar 14 persen peminum kopi sepanjang hari.
Sepanjang periode tindak lanjut, sebanyak 4.295 partisipan meninggal dunia. Setelah melihat berbagai faktor, peneliti menemukan.
Peminum kopi pagi 16 persen lebih kecil kemungkinan untuk meninggal dunia dibanding yang tidak minum kopi.
Kemudian, mereka juga 31 persen lebih kecil kemungkinan meninggal akibat penyakit jantung.
“Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa minum kopi tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, dan tampaknya menurunkan risiko beberapa penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2,” kata Lu Qi, peneliti utama dalam studi melansir dari The Independent.
Dari riset ini, Lu Qi menyebut, bukan hanya minum kopi dan seberapa banyak konsumsi kopi, tapi juga waktunya. Lantas, kenapa minum kopi pagi atau sebelum tengah hari jadi waktu terbaik minum kopi?
Dia berkata, penjelasan paling mungkin adalah minum kopi di sore atau malam hari bisa mengganggu ritme sirkadian dan kadar hormon melatonin.
“Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan perubahan pada faktor risiko kardiovaskular seperti peradangan dan tekanan darah,” imbuhnya.***