BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Dia tidak ada!” Kata Han Ki sambil menghela napas panjang, kini penuh kekhawatiran masuk kembali ke ruangan. “Begini gelap, tentu sukar mencarinya,” kata Siauw Bwee.
“Besok akan kucari lagi sampai dapat. Heran sekali, ke mana perginya anak nakal itu?”
“Dia tidak nakal, Suheng….”
Kembali pemuda itu menghela napas, “Hemm, dia seringkali mengganggumu dan kau selalu melayaninya, akan tetapi sekarang kau selalu membelanya. Kau makanlah, Sumoi.”
“Marilah, Suheng.”
“Makanlah, aku tidak lapar.”
“Suheng mengkhawatirkan keselamatan Suci?”
“Tentu saja. Entah di mana anak itu. Aku bertanggung jawab atas keselamatannya. Dia lenyap, bagaimana aku tidak khawatir?”
“Kalau Suheng tidak mau makan, aku pun tidak makan.”
“Makanlah, Sumoi, aku akan pergi lagi mencarinya.” Han Ki berkelebat keluar untuk mencari lagi sumoinya yang hilang.
Siauw Bwee berdiri menghadapi makanan, alisnya berkerut. “Dia…. dia mencintai Suci“
Tiba-tiba ia menjatuhkan diri di atas bangku dan menyandarkan muka berbantal lengan di atas meja, pundaknya bergoyang-goyang. Siauw Bwee menangis!
Semalam itu Siauw Bwee tidak tidur, gelisah di dalam kamarnya. Makanan yang telah dibuatnya dan disediakan di ruangan belakang di atas meja, tidak tersentuh.
Juga Han Ki tidak tidur, bahkan semalaman itu ia tidak kembali ke istana, karena dia terus mencari Maya di seluruh Pulau Es.
Beberapa kali mengelilingi pulau sehingga setiap tempat yang mungkin dijadikan tempat sembunyi sumoinya itu dijenguknya sampai dua tiga kali. Namun hasilnya sia-sia belaka.
Setelah matahari terbit, ia berdiri termenung di tepi laut. Tiba-tiba ia menepuk kepalanya sendiri. Ah, ke mana Maya dapat pergi?
Tidak mungkin dapat meninggalkan pulau tanpa perahu! Tentu berada di pulau dan karena semalam penuh ia mencari di luar istana, tentu sumoinya itu bersembunyi di dalam istana!
Mengapa dia begini bodoh? Bergegas ia lari memasuki bangunan besar itu dan mencari-cari. Semua kamar dimasukinya dan akhirnya ia memasuki ruangan bawah, tempat mereka berlatih tiam-hiat-hoat.
Begitu masuk, ia mencium sesuatu yang aneh, harum-harum dan amis, juga tampak olehnya lubang di atas lantai dekat kaki arca yang pecah!
Ia terbelalak heran, kemudian tanpa ragu-ragu lagi ia merayap memasuki lubang itu.
Maya yang tertidur sambil duduk bersandar dinding batu, terbangun dan melihat betapa tempat yang gelap itu kini menjadi terang.
Ia dapat menduga bahwa tentu malam telah terganti pagi karena sinar yang masuk dari atas adalah sinar matahari.
Timbul keinginan hatinya untuk melanjutkan penyelidikannya, maka ia terus berjalan turun, menuruni anak tangga batu.
Dari jauh ia sudah mencium bau harum yang aneh di sebelah bawah. Ketika ia tiba di akhir anak tangga batu dan melihat ke depan.
Ternyata bahwa anak tangga itu berakhir di dalam sebuah ruangan yang lebar dan di atas lantai tampak uap mengebul memenuhi ruangan.
Ia tertarik dan mendekat. Tiba-tiba ia menjerit dan membalikkan tubuh hendak lari naik karena kini matanya yang sudah biasa dapat melihat di….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader