BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Takut untuk bicara tentang ginkang mereka, atau mungkin sekali bahwa kepandaian mereka yang khas itu merupakan rahasia mereka.
Agaknya mereka mengerti bahwa keringanan tubuh dan kecepatan gerakan mereka itu amat berguna dan penting bagi mereka, untuk mengejar binatang buruan, atau untuk melarikan diri dari bahaya.
Kemudian anak itu mengajaknya ke tempat aneh ini yang belum pernah ia kunjungi, menunjuk ke arah pohon menyuruh dia makan itu lalu melarikan diri karena takut! Hemm, kiranya tidak salah lagi.
Gerakan gin-kang mereka tidak mengandung dasar ilmu silat, melainkan keringanan tubuh sewajarnya yang timbul dalam tubuh mereka.
Tentu pohon itulah yang menjadi rahasianya. Makan apanya? Tentu buahnya ataukah daunnya? Dan anak itu lari ketakutan karena mungkin pohon itu merupakan rahasia besar keluarganya.
Maka dia yang telah membawa Maya ke situ tentu saja takut kalau mendapat hukuman. Maya mulai mempelajari keadaan tebing.
Pohon itu jauh di bawah, sedikitnya ada lima ratus kaki jauhnya dari pinggir tebing. Dia mencari-cari jalan turun, akan tetapi tidak ada sama sekali. Kalau dia hendak pergi ke pohon itu, dia harus merayap turun!
Padahal tebing itu curam bukan main, dasarnya tidak tampak jauh di bawah pohon itu, curam dan licin, rata, hanya ada lubang-lubang di permukaan batu yang menjadi dinding tebing, mana mungkin memanjat turun?
Sekali terpeleset dan terpelanting ke bawah, sama halnya jatuh dari langitl Maya bergidik ngeri. Betapa mengerikan! Mengerikan?
Masa menghadapi yang begini saja mengerikan? Setelah semua yang pernah ia alami, dipaksa mengikuti gerombolan manusia iblis yang dipimpin Bhutan.
Menyaksikan perkosaan dan pembunuhan sambil menghadapi bahaya maut berkali-kali, setelah terkubur di bawah tumpukan mayat-mayat manusia, mandi darah mereka.
Setelah ia terancam maut secara mengerikan dalam tangan sepasang manusia iblis dari India, apa artinya menuruni tebing macam itu? Tidak seberapa!
Kenangan akan segala bahaya yang pernah ia alaminya, semua kengerian yang dihadapinya, hati Maya mengeras dan ketika ia kembali memandang ke bawah tebing, dia tidak merasa ngeri lagi!
Keberaniannya timbul kembali, semangatnya bangkit. Kalau benar pohon itu mendatangkan gin-kang sehebat yang dimiliki orang-orang itu, dia harus mendatanginya.
Bahaya terpeleset yang dihadapinya akan sepadan dengan pahala yang akan diperolehnya kalau dia berhasil! Soalnya hanya mati atau hidup! Dan mati atau hidup bukan dia yang menentukan!
Asal dia berhati-hati, kalau sampai gagal dan mati pun tidak akan penasaran lagi! Dengan hati-hati sekali mulailah Maya menuruni tebing itu.
Ia merayap seperti seekor kera, sedikit demi sedikit turun ke bawah, kakinya yang meraba-raba mencari injakan, disusul tangannya yang mencari pegangan.
Memang sukar dan amat berbahaya. Di sana-sini terdapat akar-akar atau batu menonjol yang dapat dipergunakan sebagai injakan kaki dan pegangan tangan.
Akan tetapi ia harus berhati-hati dan menguji lebih dulu kekuatan akar atau batu itu sebelum dipergunakan untuk menahan tubuhnya karena sekali akar putus atau terlepas, dia akan melayang ke bawah.
Hancur lebur di dasar yang tak tampak dari situ saking dalamnya! Begitu hati-hati dan lambat Maya merangkak menuruni tebing itu sehingga jarak yang hanya lima ratus kaki itu ditempuhnya dalam waktu…. Rahasia apakah itu? BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader