BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Diketahui ke mana. Keluarganya berantakan. Bukankah semua itu terjadi karena dia? Karena ayahnya membela dia?
Dia harus membalas semua kebaikan itu, dia harus memimpin Siauw Bwee dan kalau perlu menyediakan nyawa untuk membela dan melindungi Siauw Bwee seperti telah dilakukan ayah anak ini kepadanya.
“Kalian berdua benar. Memang kita bertiga harus saling mencinta dan membela seperti tiga kakak beradik yang baik, memenuhi pesan Suhu.
Akan tetapi marilah kita mempercepat perjalanan agar dapat menemukan perahu itu. Kalian harus tahu bahwa Pulau Es yang disebut Suhu merupakan sebuah pulau rahasia yang tadinya hanya terkenal dalam sebuah dongeng saja.
Marilah, kedua Sumoiku yang baik, mudah-mudahan saja semangat Suhu akan membimbing kita sehingga dapat menemukan Pulau Es yang dimaksudkan Suhu.”
“Mari kita lari cepat. Sumoi mari kita berlumba!” Maya berkata dan menantang Siauw Bee.
“Baik, marilah, Suci!” Siauw Bwee menjawab tegas dan larilah kedua orang gadis cilik itu di sepanjang pantai laut ke utara, secepat mungkin.
Melihat ini Han Ki menggeleng-geleng kepala dan tersenyum. Kiranya mereka itu masih seperti anak-anak, pikirnya.
Sama sekali tidak sadar bahwa perlombaan lari itu merupakan pertanda bahwa di dalam hati kedua orang gadis cilik itu telah terpendam bibit persaingan yang akan menimbulkan banyak keruwetan dalam hidupnya!
Han Ki tersenyum dan ia pun berkelebat mengejar, membayangi kedua orang sumoinya dari belakang sambil memperhatikan cara mereka berlari cepat.
Ke dua orang gadis cilik itu dapat beriari cukup baik, dan kecepatan mereka berimbang. Han Ki yang memperhatikan dari belakang melihat bahwa dasar ilmu lari cepat mereka adalah dari satu sumber, yaitu ilmu lari cepat Liok-te-hui-teng.
Akan tetapi jelas tampak olehnya bahwa Maya lebih terlatih dan agaknya bekas Puteri Khitan itu memang sering kali mempergunakan ilmu lari cepat sehingga setelah Siauw Bwee mulai tampak lelah.
Maya masih dapat beriari dengan seenaknya. Han Ki melihat betapa Siauw Bwee dengan nekat mempercepat larinya agar dapat mengimbangi kecepatan Maya.
Ia merasa kasihan karena maklum bahwa sebentar lagi Siauw Bwee tentu akan kehabisan napas dan akan kalah. Maka ia lalu mempercepat gerakan kakinya, melampaui mereka dan berkata tertawa.
“Wah, kalau kalian beriari begini lambat, sampai kapan kita bisa menemukan perahu itu? Mari kugandeng tangan kalian, Sumoi!”
Han Ki menyambar tangan Maya dan Siauw Bwee dengan kedua tangannya, kemudian mengerahkan ginkangnya dan beriari cepat sekali, membuat Maya dan Siauw Bwee kagum bukan main dan mereka melupakan perlombaan mereka tadi.
“Suheng, larimu cepat sekali!” Maya berseru kagum.
“Seperti Suhu ketika mermbawa lari aku dan Suci. Suheng ilmu lari apakah ini?” Siauw Bwee juga berkata.
“Inilah yang disebut Cio-siang-hui!” jawab Han Ki. “Suheng, kau harus ajarkan ilmu ini kepadaku!” Maya berseru dengan…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader