BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Apa….?” Khu Tek San membentak marah. “Aku bukannya orang yang takut menghadapi hukuman apapun juga!
Akan tetapi, salah atau tidak, seorang panglima baru akan menjalani hukuman setelah diperiksa di pengadilan tinggi di kota raja! Mengapa aku akan dihukum tanpa melalui pemeriksaan pengadilan?”
Kembali tiga orang panglima itu kelihatan tidak enak sekali, muka mereka berubah merah dan dengan suara serak dan terpaksa. Ong Ki Bu berkata, “Semua ini bukan kehendak kami, Khu Tek San, melainkan atas perintah.”
“Atas perintah siapa? Apakah Hong Siang sendiri yang memerintahkan? Harap suka perlihatkan perintah dari Kaisar!”
“Kaisar tidak mengurus hal-hal ketentaraan di perbatasan, kau tahu ini, Khu Tek San?” jawab Ong Ki Bu yang agaknya benar-benar tidak enak hatinya menghadapi urusan ini dan ingin agar segera selasai.
“Kalau engkau hendak mendengar bunyi perintah atasan, nah, dengarlah!” Panglima tinggi besar itu lalu mengeluarkan segulung kertas dan membaca dengan suara lantang.
“Karena sudah jelas bahwa Panglima Khu Tek San telah melakukan pengkhianatan terhadap negara dengan menjadi kaki tangan Kerajaan Yucen.
Maka kami memerintahkan kepada semua panglima yang menjaga di tepi tapal batas, untuk menangkapnya dan menjatuhkan hukuman mati gantung di tempat ia ditangkap!”
Wajah Khu Tek San tidak berubah, sedikit pun tidak kelihatan ia gentar sungguhpun matanya membayangkan penasaran dan amarah.
“Itu fitnah belaka! Siapakah yang menjatuhkan perintah ini, Ong-ciangkun?” Perintah atasan harus ditaati dan kiranya tidak perlu kita perbantahkan lagi, Khu Tek San. Bersiaplah untuk menjalani hukuman gantung,”
Panglima itu memberi aba-aba kepada anak buahnya dan menunjuk ke depan. Khu Tek San memandang ke depan dan melihat bahwa di atas pohon bahkan telah tersedia tali gantungan untuknya!
Benar-benar hukuman yang telah direncanakan dan diatur terlebih dahulu. Akan, tetapi ia mengenal betul tiga orang panglima itu sebagai panglima-panglima yang gagah dan taat sehingga tidak mungkin mereka itu melakukan fitnah dan mencelakakan dirinya. Yang benar tentulah yang menjatuhkan perintah ini!
“Paman, kurasa ini pun hasil perbuatan manusia bernama Siangkoan Lee itu….“ Tiba-tiba Maya berbisik. Anak ini sama sekali tidak merasa ngeri melihat betapa maut mengancam Khu Tek San yang akan digantung, bahkan mungkin mengancam dirinya sendiri. Dia tetap tenang dan menjalankan otaknya.
“Benar….! Kau benar….!” Panglima yang gagah perkasa itu mengepal kedua tinjunya di antara rantai belenggunya, berdiri tak jauh dari tali gantungan yang sudah siap. Kemudian ia membalikkan tubuhnya dan berkata dengan suara lantang.
“Aku Khu Tek San, sebagai, seorang panglima yang selalu siap mengorbankan nyawa untuk negara, taat akan bunyi perintah dan karena tidak diadakan pengadilan, maka aku pun tidak perlu untuk membela diri.
Hanya kuminta kepada kalian, pelaksana perintah yang taat, agar tidak mengganggu keponakanku ini karena di dalam surat perintah itu tidak disebut untuk menghukumnya. Aku minta kepada Ong Ki Bu sebagai….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader