BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terutama Si Pemuda muka kuda, tentu memiliki kepandaian tinggi. Mereka berbisik-bisik. “Benarkah dia sedang mendatangi ke sini?”
“Tidak salah,” jawab yang berpakaian perwira Yucen. “Seperti biasa, dia naik kuda seorang diri. Sudah dua kali aku dan kawan-kawan dahulu menyergapnya, namun dia lihai dan selalu berhasil lolos.”
“Akan tetapi yakin benarkah engkau bahwa dia itulah kurir (utusan) yang menghubungkan Panglima Khu dengan gurunya?” Pemuda muka kuda kembali bertanya, mendesak menuntut keyakinan.
“Betul dia! Memang dia pandai menyamar dan selalu dapat menghubungi Panglima Khu dengan cara yang cerdik sehingga tidak pernah meninggalkan bekas, akan tetapi aku yakin bahwa dialah orangnya.”
“Ssstt, itu dia datang. Serahkan saja kepadaku. Akulah yang akan menangkapnya! pemuda muka kuda berbisik. Si Perwira Yucen mengangguk dan bersembunyi di belakang dinding.
Sedangkan pemuda muka kuda dengan gerakan yang ringan seperti burung terbang, telah melesat ke atas atap yang masih ada, di atas dinding yang tidak berapa tinggi dan menjulur ke jalan depan kuil.
Biarpun Maya hanya dapat mengintai melalui lubang atau celah-celah kecil di antara reruntuhan arca, dan tidak dapat melihat jelas ke jalan, namun ia juga mendengar datangnya seekor kuda dari derap kakinya yang makin lama makin nyata.
Jantung gadis cilik ini berdebar tegang. Ia maklum bahwa tentu akan terjadi sesuatu yang hebat, sungguhpun ia sama sekali tidak tahu siapakah dua orang itu.
Dan siapa pula pendatang yang mereka anggap sebagai utusan yang menghubungkan Panglima Khu dengan gurunya! Apakah artinya semua itu?
Setelah derap kaki kuda dekat benar dan tiba di depan kuil, tiba-tiba terdengar suara kuda meringkik keras dan terdengar suara hiruk-pikuk beradunya senjata.
Suara orang bertanding Maya menggunakan keringanan tubuhnya, menyelinap keluar dan mencari tempat persembunyian di sebelah luar, yaitu di belakang segerombolan pohon kembang dan mengintai.
Tampak olehnya seorang laki-laki setengah tua yang berpakaian sederhana dan bersikap gagah, agaknya tentu orang berkuda itu, sedang bertanding melawan pemuda muka kuda.
Laki-laki yang memakai topi lebar itu gagah dan gerakannya lihai sekali, akan tetapi dengan heran Maya, mendapat kenyataan.
Bahwa Si Pemuda muka kuda itu lebih hebat lagi sehingga laki-laki bertopi lebar terdesak dan hanya menangkis sambil mundur-mundur.
Memutar pedangnya yang selalu menangkis sebatang golok melengkung ditangan pemuda itu Bukankah engkau ini Siangkoan-sicu yang membantu di gedung Suma-kongcu? mengapa engkau menyerangku?”
Namun pemuda muka kuda itu tidak menjawab dan menyerang lebih hebat lagi sehingga laki-laki bertopi lebar itu makin terdesak.
“Engkau…. engkau mengkhianati kerajaan….?” Laki-laki bertopi lebar berseru, mencoba untuk menangkis golok yang menyambar kepalanya, akan tetapi pada saat itu.
Tangan kanan pemuda bermuka kuda yang bertangan kosong karena goloknya dipegang di tangan kiri, sudah memukul dengan telapak tangan ke depan.
“Blukk! Aiihhhh….!” Laki-laki bertopi lebar itu terpukul dadanya dan muntahkan darah segar, akan tetapi masih berusaha membacokkan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader