BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Raja Khitan hanya anak angkat! Harap kau orang tua tidak mengaku keluarga hanya untuk menghiburku.”
“Maya….!” Khu Tek San menegur kaget dan marah. Akan tetapi Menteri Kam Liong tersenyum pahit. Dia mempunyai pandangan tajam dan dapat menyelami hati bocah itu.
Dia sendiri pun merasa nelangsa hatinya mengapa tidak dapat menyelamatkan saudara-saudaranya di Khitan.
Maka ia pun tidak tersinggung ketika Maya melepaskan pelukannya, melangkah mundur dekat Han Ki dan tadi mengeluarkan ucapan seperti itu. Dia memandang kagum.
Biarpun dia tahu bahwa bocah ini memang bukan puteri kandung Raja dan Ratu Khitan, namun bocah ini patut menjadi puteri mereka.
Patut menjadi keponakan Mutiara Hitam karena mermiliki watak yang khas dimiliki wanita gagah perkasa Mutiara Hitam, adik tirinya itu!
Hati Tek San tidak enak sekali menyaksikan sikap Maya terhadap gurunya. Dia cepat berkata, “Kalau Suhu memperbolehkan, biarlah Maya tinggal di tempat teecu karena di sana dia dapat bermain-main dengan anak teecu Siauw Bwee.”
Menteri Kam Liong mengangguk-angguk. “Sebaiknya begitu, kalau dia mau. Maukah engkau tinggal di rumah Tek San, Maya? Apakah ingin tinggal di sini bersama uwakmu?”
“Aku ingin tinggal bersama Paman Khu” jawab Maya tegas.
“Kalau begitu, engkau pulanglah lebih dulu, Tek San dan bawa Maya bersamamu. Akan tetapi engkau segera kembali ke sini karena banyak hal penting yang ingin kubicarakan dengan engkau dan Han Ki”
Khu Tek San memberi hormat, lalu mengajak Maya keluar dari gedung itu menuju ke rumahnya sendiri. Ternyata panglima itu pun memiliki sebuah rumah gedung yang cukup mewah.
Maya mendapat kenyataan pula bahwa penolongnya ini bukan sembarang orang, dan tentu memiliki kedudukan yang cukup tinggi.
Hal ini bukan hanya terbukti dari rumah gedungnya yang mentereng, melainkan juga terbukti dari sikap para perwira yang bertemu di jalan. Semua menghormat kepada Panglima Khu yang masih berpakaian preman itu.
Para pelayan menyambut kedatangan panglima ini penuh hormat, akan tetapi Khu Tek San yang sudah tidak sabar untuk dapat segera bertemu dengan anak isterinya.
Menggandeng tangan Maya dan setengah berlari memasuki gedung. Di sebelah dalam disambutlah dia oleh seorang wanita cantik dan scorang anak gadis cilik yang cantik jelita pula.
“Ayahhh….!” Anak perempuan yang usianya lebih muda dua tahun daripada Maya itu dengan sikap manja lari menghampiri ayahnya.
Tek San tertawa, disambarnya anak itu dan diangkatnya tinggi-tinggi lalu dipeluk dan dicium pipinya. “Ha-ha-ha, Siauw Bwee, engkau sudah begini besar sekarang”
Kemudian suami ini saling pandang dengan isterinya, penuh kerinduan penuh kemesraan yang tak dapat mereka perlihatkan di depan dua orang anak perempuan itu.
Hanya pandang mata mereka yang saling melekat mesra mewakili tubuh mereka.
“Maya, inilah bibimu!” kata Tek San yang melanjutkan. “Niocu, dia ini adalah Puteri Maya, puteri mendiang Raja dan Ratu Khitan.”
“Aihhh….!” Isteri Khu-ciangkun menghampiri dan mengelus rambut kepala Maya. Anak ini menahan-nahan air matanya yang hendak runtuh…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader