BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – sejak tadi. Melihat betapa Siauw Bwee disambut mesra oleh kasih sayang ayahnya, dia teringat akan nasib diri sendiri. Dahulu pun ayahnya Raja Khitan, amat cinta kepadanya.
Akan tetapi sekarang? Dia, tidak punya siapa-siapa! Setelah tangan halus bibinya mengusap rambutnya, dia menjadi makin terharu.
“Maya, inilah Siauw Bwee, anakku. Bermainlah dengan dia dan anggap dia adikmu sendiri. Siauw Bwee, inilah Cicimu, Maya.”
Siauw Bwee diturunkan dari pondongan ayahnya. Gadis cilik ini tersenyum manis dan ramah kepada Maya, menghampirinya dan memegang tangannya. “Enci Maya….!”
Begitu bertemu hati Maya telah tertarik dan suka sekali kepada Siauw Bwee. Dia pun lupa akan kedukaannya, merangkul pundak Siauw Bwee dan berkata,
“Adik Siauw Bwee….!”
“Enci Maya, mari kita main-main di taman. Di kolam taman terdapat ikan baru. Lucu sekali, sisiknya seperti emas, ekornya seperti selendang sutera, tubuhnya seperti katak dan kedua matanya membengkak dan menjendol keluar di atas selalu memandang langit!”
Dua orang anak perempuan itu tertawa-tawa dan berlarian menuju ke taman.
Setelah kedua orang anak itu pergi, barulah suami isteri yang saling mencinta dan sudah berpisah lama ini dapat menumpahkan rasa rindu mereka.
Mereka saling menubruk, berciuman dan tanpa berkata-kata. Tek San melingkarkan lengan kanan di pinggang yang ramping itu kemudian mereka berdua berjalan-jalan memasuki kamar.
Tak lama kemudian, Khu Tek San sudah kembali ke gedung Menteri Kam yang duduk berdua dengan Han Ki. Pemuda itu kelihatan lebih murung lagi, wajahnya pucat dan matanya sayu.
“Aku sudah mendengar penuturan Han ki tentang peristiwa yang terjadi dan menimpa kalian.” Menteri Kam berkata setelah muridnya duduk. “Memang semua itu telah diatur oleh… hemmm, Suma Kiat!”
Khu Tek San mengangguk-angguk. “Suhu, kalau tidak salah dugaan teecu, semua perbuatan yang dilakukan oleh Siangkoan Lee terhadap teecu, hanyalah untuk memukul Suhu. Betulkah?”
Menteri itu menghela napas panjang dan mengangguk. “Benar demikian. Orang itu sampai kini masih saja belum dapat melenyapkan rasa benci dan dendam yang meracuni hidupnya sendiri.”
Diam-diam dia telah bersekongkol dengan pasukan-pasukan asing, berusaha memburukkan namaku di depan Kaisar dengan bermacam cara.”
“Untung tak pernah berhasil dan Kaisar masih tetap percaya kepadaku. Akan tetapi, Suma Kiat masih belum puas juga dan siasatnya yang terakhir ini benar-benar menjengkelkan dan membahayakan.”
“Siasat apalagi, Suhu?” tanya Khu Tek San dengan kening berkerut dan hati khawatir. Mempunyai seorang musuh seperti Jenderal Suma Kiat benar-benar amat berbahaya.”
“Karena selain ia tahu betapa tinggi ilmu kepandaian jenderal itu, juga Jenderal Suma Kiat amat licik, curang dan mempunyai pengaruh di antara para thaikam dan menteri-menteri yang tidak setia.
“Dia berhasil membujuk Kaisar untuk menyerahkan puteri selirnya kepada Raja Yucen!” Menteri tua itu menggeleng-geleng kepala dan memandang Han Ki yang menundukkan muka.…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader