BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di depan guha di puncak Yin-san, dan melihat seorang kakek dan nenek hidung mancung telah menempati guha itu dan kini menyambut kedatangan mereka dengan senyum mengejek.
“Kalian siapakah? Mau apa di sini?” Mutiara Hitam membentak sambil memandang tajam. Karena sekali pandang saja ia dapat mengenal laki-laki dan perempuan itu sebagai bangsa India atau Nepal, maka dia menegur dalam bahasa India.
Kakek tinggi kurus berkulit hitam arang itu tertawa. “Ha-ha-ha, selamat datang, Mutiara Hitam! Beberapa tahun yang lalu, pernah kita saling jumpa di pondok guru kami!”
Tang Hauw Lam menepuk dahinya, memandang kepada isterinya dan berseru,
“Wah-wah-wah, bukankah kalian ini murid tukang membuat senjata yang berkaki pincang itu? Kalian murid-murid pertapa Naragita di Himalaya, bukan?”
Mutiara Hitam teringat dan dia bertukar pandang dengan suaminya, mata mereka sejenak berseri dan Mutiara Hitam berkata, “Aihh, kebetulan sekali!”
“Heh-heh-heh!” Nenek India yang bernama Nila Dewi terkekeh. “Memang kebetulan bagi kami akan tetapi tidak kebetulan bagimu, Mutiara Hitam!”
Mutiara Hitam mengerutkan alisnya, wajahnya berubah dingin dan dia berkata, “Kami sudah mengenal guru kalian, akan tetapi tidak tahu siapa nama kalian?”
“Aku Nila Dewi dan dia ini Mahendra,” jawab Si Nenek India. “Maksud kedatangan kalian?”
Melihat sikap dingin penuh ancaman dari Mutiara Hitam ini, kakek India itu lalu berkata, “Wah, kami melihat sepak terjangmu ketika engkau membuat Raja Yucen tidak berdaya, Mutiara Hitam.”
“Kami kagum bukan main! Makin tua Mutiara Hitam makin hebat saja, benar-benar seperti mutiara tulen, makin tua makin mengkilap!”
“Mahendra, tidak perlu banyak menjilat. Katakan saja terus terang, mau apa kalian datang dan agaknya mengambil tempat kami?”
Mahendra tertawa, akan tetapi ketawanya ini agak dipaksakan, untuk menutupi rasa gentarnya terhadap wanita sakti itu.
“Mutiara Hitam, di depan Raja Yucen, suamimu mengatakan bahwa kehilangan murid mudah mencari gantinya. Memang benarkah begitu.”
“Banyak sekali calon-calon murid baik di dunia ini, akan tetapi selain jarang ada pengganti raja, juga jarang bisa mendapatkan tempat tinggal begini nyaman dan enak seperti guha di puncak ini!”
Mutiara Hitam mengerutkan sepasang alisnya lalu digerak-gerakkan. Tidak suka ia mendengar ucapan plintat-plintut direntang panjang itu. “Mahendra, jangan seperti penjual obat, katakan kehendak kalian!”
“Mutiara Hitam, kami mencontoh perbuatanmu terhadap Raja Yucen. Kami mendahului kalian menduduki tempat ini dan hanya akan kami kembalikan kepadamu kalau kalian suka menukar tempat ini dengan….“
Dua orang India itu tertawa-tawa dan memandang kepada Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa! “Tukar apa? Hayo katakan jangan banyak tingkah!” Mutiara Hitam membentak…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader